UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Seorang mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Naafi’an (25 tahun), telah memutuskan untuk menikah sambil menjalani kuliah. Keputusan ini didasarkan pada keyakinan bahwa menikah merupakan suatu ibadah yang harus dipenuhi. Melalui wawancara via Whatsapp pada 5 Juni 2023, Naafi’an menjelaskan alasannya dan berbagi manfaat yang didapatkannya dari keputusan tersebut.

Naafi’an mengungkapkan bahwa ia sudah mantap dengan keputusannya karena mendapat dukungan penuh dari keluarga dan teman-teman terdekatnya. Ia menyadari bahwa menikah bukan hanya sekadar ketertarikan antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga merupakan sebuah ibadah.

Setelah menikah, Naafi’an merasakan peningkatan performa dalam studinya, yang ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Dukungan yang diberikan oleh orang tua dan orang-orang terdekat juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan Naafi’an. Ia merasa bahagia karena tidak mendapat kritikan dari orang lain dan justru mendapatkan dukungan penuh untuk melanjutkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi.

Selain kuliah, Naafi’an juga bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu pondok di Makassar. Ia menjelaskan pentingnya membagi waktu dengan baik dan disiplin dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Naafi’an menyarankan untuk membuat jadwal tertulis dan berusaha untuk tetap disiplin dengan waktu. Ia juga mengingatkan agar tidak terlalu berlebihan dalam belajar, karena ada hak-hak lain yang harus dipenuhi. Dengan disiplin terhadap waktu, Naafi’an yakin bahwa tidak akan ada masalah yang tidak dapat diatasi.

Dalam hal keuangan, Naafi’an menjelaskan pentingnya mengetahui prioritas dan pekerjaan yang cocok untuk dijalani bersamaan dengan kuliah. Ia menekankan bahwa setiap orang harus mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk menikah.

Naafi’an juga memberikan pesan kepada orang lain tentang kehidupan yang tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan orang lain. Ia menekankan pentingnya memastikan bahwa kita benar-benar siap untuk menikah, bukan hanya ikut-ikutan atau memenuhi keinginan orang-orang di sekitar kita.

Naafi’an berpesan agar tidak membandingkan kehidupan pernikahan dengan orang lain, karena setiap kehidupan memiliki jalannya sendiri. Menurutnya, jika menikah didasarkan pada dasar ibadah, maka segala hal yang dialami, baik itu kebahagiaan maupun masalah, akan dilihat sebagai bagian dari ibadah.

Naafi’an juga menekankan bahwa menikah membutuhkan kekuatan mental, kedewasaan, dan kesiapan untuk menerima segala hal yang akan terjadi setelah pernikahan. Ia menyadari bahwa pernikahan bukanlah perkara yang ringan, tetapi sebuah tanggung jawab besar yang memerlukan komitmen dan pengorbanan.

Naafi’an berharap agar orang-orang dapat memahami bahwa setiap perjalanan kehidupan pernikahan adalah unik dan tidak dapat dibandingkan dengan orang lain. Ia mendorong orang-orang untuk memastikan bahwa mereka benar-benar siap dan memiliki kesiapan mental serta emosional sebelum memutuskan untuk menikah.

Menurutnya, keputusan untuk menikah harus didasarkan pada niat yang tulus, bukan hanya untuk mengikuti tren atau memenuhi harapan orang lain di sekitar kita.

Pernyataan Naafi’an ini menggambarkan pentingnya kesadaran diri dan kesiapan dalam menjalani kehidupan pernikahan. Ia membagikan pengalaman pribadinya untuk memberikan inspirasi kepada orang lain agar mereka dapat mempertimbangkan dengan matang sebelum memasuki ikatan pernikahan.

Naafi’an berharap bahwa dengan kesadaran ini, setiap individu dapat membangun pernikahan yang kokoh dan berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan serta komitmen yang kuat. Ia meyakini bahwa jika menikah sebagai ibadah, pernikahan tersebut akan menjadi sarana untuk memperoleh berkah dan kebahagiaan dalam hidup.

Keputusan Naafi’an untuk menikah sambil mengejar pendidikan tinggi merupakan langkah yang inspiratif dan menunjukkan dedikasi serta kesiapan diri dalam menjalani peran ganda sebagai mahasiswa dan pasangan hidup. Semoga keputusan dan pengalamannya dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang yang sedang mempertimbangkan pernikahan dalam perjalanan hidup mereka.

Reporter: Addiina Raihan Hamas

(Mahasiswa Prodi KPI Unismuh)

Leave a Reply