UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Pandemi COVID-19 meluluhlantakkan banyak tatanan sosial yang telah dianggap mapan. Salah satu bidang yang merasakan imbasnya yakni sektor pendidikan. Bahkan para pakar menyebut generasi yang lahir di era pandemi, berpotensi menjadi ‘the lost generation’.

Sektor Pendidikan juga mengalami turbulensi akibat revolusi yang dihadapi umat manusia yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Era digital, misalnya, berpotensi menghilangkan sekitar 1 miliar pekerjaan yang selama ini dikerjakan langsung oleh manusia.

Hal itu disampaikan Hadisaputra, Dosen Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, yang menjadi pemandu acara Webinar Nasional bertajuk ‘Tantangan dan Inovasi Pendidikan Abad 21’. Kegiatan ini digelar Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi (HIMASOGI) Unismuh Makassar, Senin, 30 Agustus 2021.

Dalam acara ini, tampil dua narasumber, yaitu Guru Besar Sosiologi Pertanian Universitas Hasanuddin Prof Dr Darmawan Salman dan Sosiolog Universitas Negeri Makassar Dr Muhammad Syukur.

Dalam pemaparannya, Prof Darmawan banyak mengulas seputar Pendidikan yang membebaskan dengan menggunakan pisau analisis pendidikan kritis, yang merupakan gagasan tokoh Pendidikan pembebasan  asal Brazil, Paulo Freire. 

Pendidikan yang membebaskan, kata Darmawan, seharusnya bukan sekadar berorientasi pada transfer pengetahuan, melainkan juga mentransformasikan kesadaran. Ketua Prodi S3 Ilmu Pertanian ini menguraikan tahapan-tahapan kesadaran, yakni Kesadaran Magis, Kesadaran Naif, dan Kesadaran Kritis.

“Menurut saya, program yang dicanangkan Pemerintah, Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), bisa jadi merupakan salah satu artikulasi dari Pendidikan pembebasan. Misalnya menggunakan pendekatan studi kasus, pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah, dan belajar dari luar kampus,” terang alumni Program Doktor Universitas Padjajaran ini.

Terkait imbas Pandemi terhadap pendidikan, Darmawan berpandangan sebaiknya Pemerintah fokus menuntaskan Corona terlebih dahulu, Pendidikan bisa kita perbaiki belakangan. “Dunia ini telah bergerak dalam percepatan terlalu tinggi, kita butuh perlambatan. Kita butuh refleksi. Pandemi telah menyediakan ruang perlambatan dan refleksi itu,” terang Darmawan.

Sementara itu, Dr Muhammad Syukur mengulas subtema ‘Membangun Generasi Pemungkin untuk Mengatasi Tantangan Pendidikan Abad 21’. Generasi pemungkin, menurut Syukur, adalah generasi yang mampu berpikir dan bertindak mengubah ketidakmungkinan menjadi mungkin.

Generasi pemungkin, kata Syukur, memiliki 10 kriteria. Kriteria tersebut, yaitu Shidiq (jujur), tabligh, Amanah, fathonah, Critical Thinking, Creativity, Collaboration, senang dengan tantangan, tidak mudah menyerah, kerja tuntas dan ikhlas.

Syukur juga mengulas tentang dampak positif COVID-19 terhadap Pendidikan. “COVID telah memaksa para guru dan dosen menguasai teknologi. Mungkin dulu hanya 20 persen yang mampu menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, sekarang sudah mencapai 80%,” terang Syukur.

Kegiatan ini dihadiri puluhan dosen dan mahasiswa Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar. Acara diawali dengan Sambutan dari Ketua Prodi Drs Nurdin MPd dan Ketua Himasogi Dedi Ismatullah.

Kegiatan ilmiah yang mendatangkan narasumber tamu, merupakan kegiatan regular yang diadakan Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar. Prodi yang telah terakreditasi A sejak tahun 2019 ini, telah memiliki dua orang dosen bergelar Profesor, yakni Prof Eliza Meiyani, dan Prof Nursalam.

Leave a Reply