UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Penurunan stunting menjadi salah satu di antara 10 isu strategis dalam Muktamar 48 ‘Aisyiyah.

Menurut Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, isu ini menjadi penting karena Indonesia masih dihadapkan pada problem tingginya angka stunting. Berdasarkan hasil riset studi status gizi balita, prevalensi stunting di Indonesia masih 27,67 persen.

Angka prevalensi stunting tersebut masih di atas ambang batas standar  WHO yaitu 20%. Padahal, pemerintah telah menetapkan target penurunan angka stunting pada tahun 2024 mencapai 14%.

“Target penurunan stunting yang harus dicapai dua tahun lagi ini tentu memerlukan kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, baik itu pemerintah termasuk organisasi masyarakat, seperti ‘Aisyiyah,” ujar Noordjannah.

Ia juga mengingatkan cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045. Menurut Noordjannah, pencegahan stunting harus menjadi prioritas agar harapan tersebut bisa terealisasi.

“Rumah Gizi merupakan upaya penurunan stunting berbasis komunitas. Pendekatan berbasis komunitas sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bersifat komunal,” ungkap Tri Hastuti Nur Rochimah, Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.

Ia juga menjelaskan terdapat tujuh program dalam Rumah Gizi, 1) edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun remaja perempuan; 2) konseling gizi maupun menyusui; 3) pengolahan makanan bergizi; 4) pemberian makanan bergizi; 5) lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi kebutuhan sumber gizi; 6) sanitasi dan PHBS; 7) serta dukungan keluarga maupun tokoh agama dan masyarakat.

“Dukungan keluarga baik itu suami maupun nenek atau pengasuh, sangatlah penting untuk mencegah stunting. Itu dapat dilakukan dengan memberikan edukasi tentang pencegahan stunting bagi suami maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pengasuhan,” terangnya.

“Suami pun, dapat dilatih melakukan pijat oksitosin bagi istrinya agar memperlancar proses menyusui,” tambahnya.

Tri juga mengatakan apa yang dilakukan ‘Aisyiyah melalui Rumah Gizi ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada 5 pilar penurunan stunting sebagaimana menjadi bagian dari strategi percepatan penurunan stunting.

Ia juga menyampaikan, kelima pilar tersebut meliputi komitmen dan visi pimpinan; kampanye dan perubahan perilaku; komitmen politik dan akuntabilitas; konvergensi, koordinasi, konsolidasi program; ketahanan pangan, dan pemantauan evaluasi. Dalam hal ini, secara khusus Rumah Gizi akan berkontribusi pada pilar kampanye dan perubahan perilaku serta ketahanan pangan.

Ia menjelaskan bahwa stunting disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat penyebab langsung, seperti kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi, problem akses layanan kesehatan, sanitasi, hingga pola asuh.

“Tidak sedikit warga miskin dengan anggota keluarga stunting yang belum menjadi peserta program perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pangannya,” paparnya. 

Tri juga menjelaskan bahwa penyebab tidak langsung akan menjadi akar masalah dari stunting, seperti problem kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender.

“Budaya juga memegang peranan yang kuat seperti budaya yang menomorsatukan laki-laki termasuk dalam hal konsumsi makanan sehari-hari. Belum lagi masih minimnya pembagian peran antara suami dan istri dalam rumah tangga, sehingga perempuan mengalami beban berlebih dan menghambat pencegahan stunting,” ungkapnya.

“Lantaran kompleksnya penyebab stunting, ‘Aisyiyah menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dan menyentuh pula akar masalah,” tambahnya.

(Rls / Nur Apni)

Leave a Reply