
UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Penelitian dosen Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Hadisaputra, mengungkap fenomena kecanduan game online yang kian meluas ke kalangan remaja pedesaan. Studi kualitatif ini dilakukan di dua desa, yakni Desa Harapan di Kabupaten Selayar dan Desa Sanrego di Kabupaten Bone, dengan melibatkan informan dari kalangan pelajar, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.
Penelitian tersebut menemukan bahwa kecanduan game online tidak hanya menjadi persoalan di perkotaan, melainkan juga mulai meresahkan masyarakat pedesaan. Menurut Hadisaputra, remaja desa kini banyak menghabiskan waktu hingga 10–15 jam per hari untuk bermain, sehingga berdampak pada menurunnya minat belajar dan berkurangnya partisipasi membantu orang tua.
“Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku sosial remaja desa. Mereka lebih memilih bermain game ketimbang belajar atau bekerja membantu keluarga,” ujar Hadisaputra, Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, saat dihubungi, Senin, 19 September 2022.
Ia menambahkan, penelitian ini menemukan bentuk dampak baru, yakni remaja desa mulai terlibat dalam transaksi jual beli chip game online. “Selain kecanduan, ada dimensi ekonomi yang muncul. Beberapa remaja sudah terbiasa memperjualbelikan chip, yang sebenarnya masuk ranah perjudian digital,” jelasnya.
Dalam penelitiannya, Hadisaputra menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil observasi memperlihatkan remaja kerap bermain di dekat masjid, alun-alun, hingga rumah teman, bahkan hingga larut malam. Kondisi ini, kata dia, memperkuat indikasi adanya kecanduan.
Menurutnya, faktor lingkungan menjadi pemicu kuat. Hadisaputra menyebut bahwa pergaulan sebaya dan kurangnya kontrol orang tua mendorong keterlibatan remaja dalam game online. Ia menjelaskan, “Jika lingkaran pertemanan aktif bermain, maka peluang seorang remaja ikut terlibat juga sangat besar.”
Penelitian ini juga menemukan keresahan dari orang tua dan guru. Beberapa orang tua mengeluhkan anak-anak mereka yang enggan berkebun atau membantu pekerjaan rumah. Guru pun melaporkan rendahnya partisipasi siswa dalam kelas daring selama pandemi, karena banyak yang lebih fokus pada game.
Dalam paparannya, Hadisaputra memaparkan bahwa kecanduan game online memiliki implikasi serius terhadap perkembangan sosial dan akademik remaja. Ia menekankan perlunya intervensi bersama dari keluarga, sekolah, dan pemerintah desa. “Langkah pengawasan dan pembatasan waktu penggunaan gawai menjadi kunci pencegahan,” katanya.
Selain itu, penelitian ini merekomendasikan pendekatan edukatif berbasis komunitas. Hadisaputra menyarankan agar pemerintah desa menghadirkan kegiatan alternatif yang positif untuk mengurangi keterlibatan remaja dengan game online. Ia juga menekankan perlunya literasi digital agar masyarakat lebih peka terhadap dampak negatif.
Penelitian yang diterbitkan dalam Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan edisi Agustus 2022 ini menegaskan, fenomena kecanduan game online telah menjadi persoalan sosial di Sulawesi Selatan. Hadisaputra berharap, hasil riset ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pendidikan dan sosial yang lebih responsif terhadap dinamika digital di pedesaan.
“Game online adalah realitas baru yang tidak bisa dihindari. Tantangannya adalah bagaimana kita mengelola dampaknya, agar generasi muda tetap produktif dan berdaya guna bagi keluarga maupun masyarakat,” pungkasnya.