UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menggelar kuliah tamu bersama dengan Yala Rajabhat University Thailand dengan mengangkat tema “Pemertahanan Bahasa Ibu di Era Generasi Milenial”.
Kegiatan yang diinisiasi Lembaga Pengembangan Bahasa, Kerja Sama dan Urusan Internasional (LPBKUI) Unismuh ini dilakukan secara online melalui zoom meeting pada, Rabu, 8 Februari 2023.
Kuliah ini menghadirkan narasumber, Wakil Rektor II Prof Andi Syukri selaku dosen Program studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Unismuh Makassar.
Hadir juga narasumber dari Yala Rajabhat University Thailand Dosen jurusan bahasa melayu untuk bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) Manavavee Mamah MA, serta Dosen jurusan Pendidikan Bahasa Melayu FISHUM Aleeyah Masae MEd.
Manavavee Mamah memulai penjelasan materinya mengenai bahasa melayu dan masyarakat Patani di Thailand.
“Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang didapat melalui interaksi dan masyarakat lingkungan. Dan bahasa yang digunakan dalam masyarakat Patani Thailand yakni bahasa melayu,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahasa melayu merupakan salah satu bahasa minoritas dalam Thailand.
“Bahasa melayu Patani merupakan bahasa minoritas atau bahasa kelompok kecil. Hal itu dikarenakan bahasa otoritas yang digunakan dalam akdemik yaitu bahasa Thailand,” tukasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa bahasa melayu kini sudah semakin punah dan hanya dipertahankan dibeberapa tingkatan akademik seperti dalam pesantren, Taman Didikan Kanak-kanak (Tadika), Sekolah agama swasta dan di Universitas.
Sementara itu, Prof Andi Syukri juga memaparkan materinya mengenai pemertahanan bahasa ibu di era generasi milenial.
“Di Indonesia ini ada banyak bahasa ibu, tapi karena domisili kami Sulawesi Selatan. Maka bahasa ibu yang saya singgung ini yaitu bahasa Makassar dan bahasa bugis,” ujar Prof Andis, sapaan akrabnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa mempertahankan bahasa ibu itu merupakan tantangan berat khususnya generasi muda.
“Ini merupakan tantangan bagi generasi muda karena masih adanya semacam asumsi atau tanggapana yang menganggap bahwa seseorang yang menguasai bahasa daerah itu dianggap hal yang kampungan, tidak modern, dan sebagainya,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa salah satu ciri kepunahan bahasa daerah yaitu ketika seorang ibu menjauhi bahasa daerah, dan yang kedua ketika generasi mudanya tidak berminat dengan hal tersebut. Artinya bahasa daerah itu harus dicari jalan keluarnya agar tidak punah.
“Hilang dan punahnya seuah bahasa daerah juga sama dengan kehilangan sebuah budaya. Maka kalian para generasi muda harus sadar bahwa anda adalah pemegang tombak dalam pewarisan bahasa daerah untuk saat ini,” papar Prof Andis.
Selain itu, Aleeyah Masae mengungkapkan alasan mengapa sulit untuk mempertahankan bahasa ibu.
“Disini menggunakan bahasa melayu, mungkin sulit mempertahankan bahasa atau budaya dikarenakan banyak pengaruh dari luar. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah membangkitkan dan mempertahankan bahasa-bahasa kita supaya tidak punah,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa bahasa ibu perlu dipertahankan, karena bahasa sangat penting dalam budaya dan Negara.