MAKASSAR, UNISMUH.AC.ID – Pelaksana Tugas (Plt) GUbernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menghadiri Milad 109 Muhammadiyah Tingkat Wilayah Sulawesi Selatan. Empat Bupati di Sulsel juga turut hadir dalam acara tersebut, yaitu Bupati Maros AS Chaidir Syam, Bupati Enrekang Muslimin Bando, Bupati Wajo Amran Mahmud, dan Bupati Jeneponto Iksan Iskandar.

Peringatan Milad tersebut digelar di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah Kampus Unismuh Makassar, Sabtu (27/11/2021).

Selain menghadiri milad, keempat bupati tersebut juga hadir untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Muhammadiyah, dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Selain dengan Bupati, adapula penandatanganan MoU Unismuh dengan Rektor Universitas Tadulako, Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Kepala BKKBN Sulsel, dan Ketua DPD IMM Sulsel. Adapula penandatanganan MoU secara daring, dengan Pesantren Nurul Falah Surabaya, dan Direktur PT Bizani.

Milad kali ini terasa istimewa, karena merupakan perhelatan yang pertama kali digelar oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel secara luring setelah masuknya pandemi COVID-19 di Indonesia.

Pidato Ketua Muhammadiyah Sulsel

Dalam Pidato Milad 109, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse menggambarkan dinamika dakwah yang dilakoni persyarikatan di daerah ini.

Salah satu yang digambarkan Ambo Asse adalah perkembangan jumlah pesantren Muhammadiyah. Pada awal kepemimpinannya pada tahun 2015, jumlah pesantren Muhammadiyah hanya 12 buah, saat ini sudah berjumlah 28 buah yang tersebar di berbagai daerah di Sulsel.

Perkembangan lainnya, pertambahan jumlah Universitas. Jika periode lalu, hanya ada Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Muhammadiyah Parepare, maka periode ini ada enam Universitas baru. Keenam Universitas tersebut merupakan peleburan dan perubahan bentuk dari Sekolah Tinggi Muhammadiyah.

Keenam Universitas baru tersebut yakni Universitas Muhammadiyah Sidrap, Universitas Muhammadiyah Palopo, Universitas Muhammadiyah Bone, Universitas Muhammadiyah Enrekang, Universitas Muhammadiyah Bulukumba, dan Universitas Muhammadiyah Sinjai.

Ada pula dua Institut, yakni Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, yang merupakan perubahan dari STAIM Sinjai, dan Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Sidrap, yang dahulu masih dalam bentuk STIKES.

Politeknis Kesehatan Muhammadiyah Makassar merupakan peleburan dari beberapa Akademi, yakni ATRO Muhammadiyah Makassar, ATEM Makassar, dan AKL Makassar. Muhammadiyah Sulsel juga masih memiliki 1 Sekolah Tinggi, yakni STKIP Muhamamdiyah Barru.

Selain menyinggung perkembangan Amal Usaha, Prof Ambo Asse juga menyinggung proses pembinaan kader yang dilakukan secara berkesinambungan di Sekolah dan Perguruan Tinggi, yang dilakukan melalui Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM).

“Pengajian tabligh, tarjih, dan dakwah khusus berjalan dengan baik, pelayanan sosial, penanganan kebencanaan (MDMC), pelayanan hukum, penyelesaian tanah-tanah wakaf dan hibah, dan alhamdulillah dalam periode ini telah menerima kurang lebih 20 hektar tanah hibah dari masyarakat, dan kebanyak dari orang yang tidak bernomor baku Muhammadiyah,” papar Ambo seputar kiprah Muhammadiyah di Sulsel.

Apresiasi Plt Gubernur

Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman juga didaulat memberikan sambutan. Ia menyatakan, sering dianggap sebagai kader Muhammadiyah.

“Saya juga sering dianggap kader Muhammadiyah, dan saya tidak mengelak. Siapa tidak bangga jadi kader Muhammadiyah,” ungkapnya.

Muhammadiyah, katanya, sudah berdiri sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno juga bagian dari Muhammadiyah.

“Muhammadiyah sudah hadir berkontribusi untuk bangsa dan negara sebelum Indonesia merdeka. Muhammadiyah hadir di tengah masyarakat, melalui amal usahanya seperti sekolah, panti asuhan, dan rumah sakit,” kata Andi Sudirman Sulaiman.

Dua Pesan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y Tohari, yang juga Duta Besar Lebanon, hadir memberikan Amanah milad secara virtual, dari Beirut.

Ia menyebut, ada dua alasan mengapa Muhammadiyah dapat terus eksis hingga berusia 109 tahun. Pertama, karena kebersahajaan orang-orang Muhammadiyah. Kedua, konsistensi Muhammadiyah sebagai Gerakan agama.

“Bersahaja itu, sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Orang-orang yang menggerakkan Muhammadiyah itu rata-rata hidup sederhana. Cara hidup seperti itu tentu terbentuk dan dipengaruhi oleh Muhammadiyah, seperti Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, pidato dari Pimpinan Muhammadiyah,” jelas Hajriyanto, yang berlatar belakang ilmu Antropologi.

Kedua, kata Hajriyanto, Muhammadiyah bertahan karena masih memperteguh identitasnya sebagai gerakan keagamaan. “Saat ini banyak gerakan yang hanya menggunakan agama sekadar sebagai jubah atau kedok. Bagi Muhammadiyah, agama adalah sumber motivasi, inspirasi, kreasi, dan liberasi untuk membebaskan umat dari keterbelakangan,” jelasnya.

Acara Pendukung

Dalam acara ini juga ditampilkan video Selayang Pandang Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Video ini menceritakan sejarah awal masuknya Muhammadiyah di Sulsel, dan perkembangannya hingga saat ini. Video ini dibuat oleh tim yang dipimpin Dr Andi Sukri Syamsuri.

Dalam acara ini, ditampilkan pula testimoni dari beberapa tokoh nasional, seperti testimoni dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nasir, mantan Ketum PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi’i Ma’arif, dan Ketum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Beberapa walikota dan bupati se-Sulsel juga memberikan testimoni, yaitu Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Bupati Maros Chaidir Syam, Bupati Wajo Amran Mahmud, Bupati Enrekang Muslimin Bando, Bupati Jeneponto Ichsan Iskandar, dan Bupati Luwu Timur, Budiman.

Dalam acara ini, ada pula prosesi penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba dalam rangka Milad Muhammadiyah. Ada tiga jenis lomba, yaitu Lomba Tilawah kategori putra dan putri, serta lomba Tahfidz 10 juz dan 30 juz.

Adapun pemenang lomba tilawah putra, yakni Juara I, M. Amri dari Ma’had Al Birr Unismuh Makassar, juara II Muh Fachru Risa dari Pendidikan Ulama Tarjih Muhamamdiyah Unismuh Makassar, dan juara III Muh Arham dari Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pemenang lomba tilawah putri, yakni Juara I, Nuratikah dari Universitas Muhammadiyah Sinjai, juara II Muammanah dari Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, dan juara III Ulfayanti dari Ma’had Al Birr Unismuh Makassar.

Sedangkan pemenang lomba tahfidz 10 juz, yakni Juara I, Faid Khoeron dari Ma’had Al Birr Unismuh Makassar, juara II Zulmahendra dari Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, dan juara III Sahar dari Universitas Muhammadiyah Parepare.

Pemenang lomba tahfidz 30 juz, yakni Juara I, Aqilah Thamrin dari Ma’had Al Birr Unismuh Makassar, juara II Al Muadz Hidayat dari Ma’had Al Birr Unismuh Makassar, dan juara III Evi Faura Luthfiyah dari Universitas Muhammadiyah Makassar.

Leave a Reply