UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Unismuh didorong membuka Pusat Studi Kebencanaan hingga membuka Prodi Manajemen Kebencanaan. Alasannya, Indonesia merupakan salah satu negara yang kondisi geografisnya cukup rentan terhadap bencana. Kehadiran prodi itu bakal menyiapkan SDM yang handal untuk mitigasi bencana.
Usulan tersebut terungkap dalam Seminar Internasional Pra-Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah yang digelar di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah, Kampus Unismuh Makassar, Jl Sultan Alauddin, Senin, 23 Mei 2022.
Seminar Internasional yang mengangkat tema “Strategi Pengembangan Program Kemanusiaan Berkemajuan di Indonesia”menghadirkan Pendiri Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) Dr Syeikh Mohammad MT Al-Khoory, yang lebih akrab dipanggil Syeikh Khoory.
Seminar ini bertujuan menyerap masukan tokoh masyarakat untuk disampaikan dalam Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah yang bakal digelar bulan November 2022 mendatang.
Siapa Syeikh Khoory?
Syeikh Khoory merupakan pengusaha yang mengelola beberapa grup perusahaan yang bergerak di bidang impor dan distribusi mobil dan bus, pompa air, pembangkit listrik, pemadam kebakaran, pengelolaan limbah, dan juga di bidang properti dan perhotelan.
Syeikh Khoory dan Muhammadiyah memiliki riwayat kerjasama yang cukup panjang. Hal itu diceritakan Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse saat memberikan sambutan dalam seminar ini.
“Syeikh Khoory kita ketahui telah menyerahkan 16 Ma’had untuk Persyarikatan Muhammadiyah salah satunya Ma’had Al Birr yang ada di Universitas Muhammadiyah Makassar,” ungkap Ambo Asse.
Nakhoda Unismuh, yang sekaligus Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini mengakui kiprah para pembina dan alumni Ma’had Al Birr dalam mengembangkan pesantren Muhammadiyah.
“Sekarang ini Alumni Mah’ad Al Birr sudah banyak yang disebar ke pesantren Muhammadiyah dalam melakukan pembinaan melalui Kerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pesantren PWM Sulawesi Selatan. Alhamdulillah dalam periode ini, dari 11 pesantren menjadi 32 Pesantren,” jelas Ambo Asse.
Saat ini, lanjut Rektor Unismuh, Syeikh Khoory melalui AMCF, banyak terlibat dalam berbagai program kemanusiaan. “Kita ingin mendengarkan, bagaimana pengelolaan program kemanusiaan yang dikelola AMCF,” jelas Ambo Asse.
Pentingnya Manajemen Bencana
Syeikh Khoory menyampaikan materi dalam Bahasa Arab, yang diterjemahkan oleh Direktur Ma’had Al Birr Unismuh Makassar Lukman Abd Shamad, Lc.
Mengawali pemaparan materinya, Syeikh Khoory menguraikan bahwa AMCF telah terlibat dalam membangun 1300 masjid, 20 Ma’had, 8 kapal kemanusiaan, 4 pusat kemanusiaan, dan berbagai program lainnya.
Khusus dalam bidang kebencanaan, Syeikh Khoory menceritakan bahwa hal yang menggerakkannya untuk terlibat dalam isu kebencanaan, bermula Ketika ia mengunjungi Aceh saat gempa dan tsunami tahun 2004.
Saat itu, ia merasa prihatin dengan minimnya kapasitas masyarakat muslim Indonesia dalam penanggulangan bencana. “Banyak relawan yang datang. Tapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak memiliki keterampilan manajemen kebencanaan.”
Indonesia saat itu banyak menerima uluran bantuan kemanusiaan dari dunia internasional. “Tim kemanusiaan dari Australia dan Turki saat itu saya lihat bekerja sangat baik dan terorganisir. Mereka tahu betul, apa yang mesti dikerjakan,” ungkap Syeikh Khoory.
Sejak itulah, Syeikh Khoory mulai melibatkan AMCF dalam program kemanusiaan di Indonesia. “Kita tidak tahu kapan bencana tiba, namun kita tahu bahwa bencana pasti datang. Oleh karena itu, semuanya harus dipersiapkan, perencanaannya, pengorganisasiannya, termasuk semua perlengkapan yang dibutuhkan,” ujar pria asal Dubai ini.
AMCF selama ini terlibat dalam program kemanusiaan dalam kondisi normal maupun darurat. Dalam kondisi normal, program kemanusiaan dapat berupa mengunjungi masyarakat (rihlah) dengan melihat langsung kebutuhan mereka, misalnya perbaikan rumah atau pelayanan kesehatan. Hal ini bisa dilakukan secara bertahap.
Namun berbeda dalam kondisi darurat, yang membutuhkan tindakan segera. “Ketika terjadi bencana Palu, relawan kami sudah tahu dan siap mengambil tindakan. Dengan sigap ada yang bergerak lewat darat, maupun lewat laut untuk membawa bantuan, ataupun terjun ke lapangan untuk mengambil Langkah yang dibutuhkan,” jelas Syeikh Khoory.
Dalam seminar ini, Syeikh Khoory menayangkan video kiprah relawan kemanusiaan dalam kondisi normal, saat terjun ke Jawa Barat, maupun dalam kondisi bencana, Ketika terjadi gempa Palu.
Respon Peserta
Paparan materi Syeikh Khoory mendapat respon antusiasi dari peserta. Penanggap pertama, Erwin Akib PhD, Dekan FKIP Unismuh Makassar. Ia merespon paparan Syeikh Khoory, dengan mendorong adanya sinergi antara Yayasan muslim Asia dengan MDMC (Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah).
Secara khusus, Erwin juga mengulas kiprah Fakultas yang dipimpinnya, dalam Gerakan FKIP Unismuh Peduli. Gerakan ini telah terlibat dalam penanggulangan bencana di sejumlah daerah di Indonesia.
Erwin juga mengusulkan agar Unismuh mendirikan Center for Disaster and Humanitarian Studies. “Melalui lembaga ini, para dosen dan mahasiswa yang tertarik terlibat sebagai penggerak kemanusiaan atau peminat studi kebencanaan, bisa bergerak bersama,” pungkas Dekan FKIP Unismuh ini dalam Bahasa Inggris.
Penanggap lainnya, Dekan FISIP Unismuh Dr Ihyani Malik banyak menyorot sejauhmana kiprah Pemerintah dalam penanggulangan bencana. Menariknya, Ihyani mengajukan pertanyaan dalam Bahasa Arab. Banyak peserta yang kagum, tak menyangka dosen Ilmu Administrasi Negara Unismuh itu cukup fasih berbahasa Arab.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh Prof Gagaring Pagalung merespon dengan memberi kesimpulan sekaligus memberi saran.
“Tentu kita semua sepakat bahwa bencana itu mesti diantisipasi dengan baik. Perlu penyiapan SDM yang paham betul bagaimana manajemen bencana. Saya mengusulkan, sebaiknya Unismuh membuka Prodi Manajemen Kebencanaan, sebagaimana yang ada di UGM, dan sementara dibuat oleh Unhas,” pungkas Gagaring, yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Akuntansi Unhas.
Usulan lain, sambungnya, kiprah Syeikh Khoory dalam bidang kemanusiaan sebaiknya bukan sekadar dibuat dalam bentuk video, melainkan disusun menjadi buku.
“Buku tersebut bisa menjadi buku panduan pengelolaan bencana. Bahkan jika Prodi Manajemen Kebencanaan di Unismuh sudah berdiri, buku itu bisa menjadi buku wajib bagi mahasiswa,” ungkap Gagaring, disambut tepuk tangan ratusan peserta yang hadir.
Syeikh Khoory merasa cukup senang, materi yang disampaikannya mendapat respon secara antusias. Ia sangat mendukung usulan pendirian Prodi Manajemen Kebencanaan di Unismuh.
Terkait usulan penulisan buku yang terkait dengan kiprah AMCF dalam bidang kemanusiaan, ia juga setuju. “Tapi saya tidak punya kompetensi itu. Saya pikir orang Universitas yang bisa menulis dengan baik soal itu. Tentu saya mendukung dan menyambut baik usulan itu,” ujar Syeikh Khoory.
Ratusan peserta mengikuti seminar ini hingga selesai. Para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Lembaga hingga Ketua Prodi se-Unismuh nampak duduk di deretan terdepan. Di belakangnya ratusan mahasiswa Ma’had Al Birr Unismuh juga sangat antusias menyimak seminar yang disampaikan dalam Bahasa Arab dan Inggris ini.
Seminar berakhir bersamaan dengan kumandang azan Dzuhur di Masjid Subulussalam Al-Khoory Unismuh. Masjid yang juga dibangun atas dukungan penuh pengusaha asal Uni Emirat Arab itu.
(Humas Unismuh)