UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Ketua Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad S.Psi, Psikolog, menegaskan bahwa penguatan cabang, ranting, dan masjid merupakan fondasi utama keberlanjutan gerakan Muhammadiyah.
Penegasan ini mengemuka dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang digelar di Balai Sidang Muktamar ke 47 Unismuh Makassar, Jumat 19 Desember 2025.
Acara ini diikuti oleh Pengurus LPCR PM PWM Sulsel Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), LPCR-PM Pimpinan PCR-PM PDM se Sulsel, dan Pengurus Masjid Muhammadiyah se Kota Makassar.
Ketua LPCR-PM Sulsel Prof Andi Sukri Syamsuri dan Sekretaris Ir Syafaat S Kuba ST MT, memimpin Rakor tersebut.
Pesan PP Muhammadiyah
Ketua Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad S.Psi, Psikolog, menyampaikan bahwa cabang, ranting, dan masjid adalah “denyut nadi” Muhammadiyah. Tanpa kehidupan organisasi di tingkat akar rumput, menurut dia, Muhammadiyah akan kehilangan daya hidupnya.
“Gedung pimpinan boleh bertingkat, tetapi jika cabang, ranting, dan masjid tidak hidup, maka sesungguhnya Muhammadiyah kehilangan rohnya,” ujar Jamaluddin di hadapan peserta rapat.
Ia mengapresiasi capaian Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang dinilai telah melampaui standar nasional. Data LPCRPM menunjukkan, dari 309 kecamatan di Sulsel, sebanyak 241 telah memiliki Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) atau sekitar 71 persen. Sementara itu, dari 2.934 desa dan kelurahan, sebanyak 1.204 telah memiliki Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), atau sekitar 41 persen.
“Angka ini sudah melampaui target nasional. Namun, tantangan ke depan bukan sekadar kuantitas, melainkan bagaimana cabang dan ranting itu benar-benar aktif dan berdampak,” kata Jamaluddin.
Dalam konteks itu, PP Muhammadiyah mendorong pengelolaan masjid secara lebih profesional, termasuk melalui penguatan peran marbot dan mubalig. LPCRPM berencana menggelar Akademi Marbot dan Mubalig (AM3) di Sulawesi Selatan pada awal 2026 sebagai upaya peningkatan kapasitas pengelola masjid.
Wakil Ketua PWM Sulsel, Mawardi Pewangi, yang membuka kegiatan tersebut, menekankan pentingnya menjadikan masjid Muhammadiyah sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan umat. Ia mengingatkan agar masjid Muhammadiyah tidak kalah fungsi dan daya tarik dibandingkan masjid-masjid lain.
“Masjid harus dimakmurkan, menjadi ruang pembinaan umat, bukan sekadar tempat ibadah ritual,” ujarnya.
Rapat koordinasi ini dihadiri pimpinan daerah Muhammadiyah dari berbagai kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, perwakilan organisasi otonom, serta unsur Aisyiyah. Selain evaluasi capaian organisasi, forum juga menjadi ruang konsolidasi menjelang program-program strategis Muhammadiyah, termasuk persiapan Ramadan dan penguatan kaderisasi mubalig.
Peserta rapat sepakat bahwa konsolidasi internal, disiplin organisasi, serta penguatan silaturahmi antar-pengurus menjadi prasyarat penting dalam menghidupkan cabang, ranting, dan masjid. Muhammadiyah, menurut Jamaluddin, hanya akan tetap relevan jika gerakannya dirasakan langsung oleh umat di tingkat paling bawah.

