UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Tim mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) meraih juara pertama Lomba Esai National Agricultural Competition Week FAPERTA Universitas Jambi (UNJA). Kemenangan ini diperoleh berkat gagasan inovatif berjudul “AGROWEL HYBRID,” yang berfokus pada pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga (agri-waste) menjadi produk bernilai (wealth).
Tim yang dipimpin oleh Muhammad Naufal, bersama dua anggotanya, Lutfiah Ariandty dan Fahirawati, mengusung inovasi yang menawarkan solusi ekonomi sirkular unik di Desa Manimbahoi, Kabupaten Gowa.
Perlombaan esai tersebut diselenggarakan secara daring (online) pada 27 hingga 28 Agustus 2025, sementara wawancara dengan Ketua Tim dilakukan di Kampus Unismuh Makassar pada 17 November 2025.
Inovasi utama tim Unismuh ini berpusat pada sebuah mesin hibrida. Mesin tersebut dirancang mampu mengubah sampah organik menjadi biogas, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk melelehkan limbah plastik, yang kemudian dicetak menjadi paving block.
Ketua Tim, Muhammad Naufal, menjelaskan bahwa keunggulan utama konsep ini adalah kemampuannya mengolah dua jenis sampah organik dan anorganik secara terintegrasi. Ide ini lahir sebagai solusi atas masalah penumpukan sampah yang kian mengkhawatirkan, baik di tingkat desa maupun di perkotaan, seperti yang terlihat di TPA Antang.
“Keunggulannya itu tadi. Kami mengolah sampah, yang di mana sampah organik kami olah juga, sampah anorganik kami olah juga,” ujar Muhammad Naufal saat diwawancarai di Makassar.
Naufal menambahkan, gagasan ini tidak hanya fokus pada pengolahan limbah, tetapi juga pemberdayaan ekonomi.
“Kami juga mengharapkan agar sampah-sampah di Indonesia atau khususnya di Desa Manimbahoi itu juga berkurang dan bisa kita manfaatkan sebaik mungkin,” lanjutnya.
Dalam konsep Agro Well Hybrid, Naufal merinci bahwa sampah organik seperti sisa sayuran dan kotoran ternak diolah melalui proses fermentasi untuk menghasilkan biogas dan bio-slurry. Biogas inilah yang menjadi inti inovasi energi terbarukan tim.
Energi panas yang berasal dari biogas kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan dan melelehkan sampah anorganik, seperti limbah plastik yang sulit terurai. Lelehan plastik tersebut dicetak menjadi paving block yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Menariknya, Naufal mengakui bahwa konsep “Agro Well Hybrid” ini bukanlah ide awal mereka.
Gagasan awal tim sempat dinilai terlalu umum oleh dosen pembimbing mereka, Aswar, yang mendorong tim untuk mencari ide yang lebih spesifik dan berdampak.
Naufal menyebut, meskipun konsep paving block dari plastik sudah ada, inovasi timnya terletak pada penggunaan biogas dari limbah organik sebagai sumber energi.
Hal ini menggantikan penggunaan bahan bakar fosil yang mahal dan tidak ramah lingkungan, sehingga menciptakan sebuah siklus ekonomi yang benar-benar sirkular.
Proses penyusunan esai ini bukannya tanpa tantangan, terutama terkait waktu.
Naufal dan timnya harus bekerja di bawah tekanan waktu yang sangat ketat setelah menyadari deadline lomba sudah dekat.
“Untuk tantangan besar, saya rasa hanya untuk di masalah waktu. Karena kami tidak melihat deadline-nya. Ternyata itu deadline sisa dua hari lagi,” kenang Naufal.
Sebagai Ketua Tim, Naufal bertanggung jawab membagi tugas dan menjaga ritme kerja tim, yang sebagian besar terpaksa dikoordinasikan secara daring karena masa liburan.
Ia menerapkan strategi pembagian tugas berdasarkan keahlian individu, seperti menugaskan anggota yang mahir dalam parafrase atau pengecekan Turnitin.
Keberhasilan meraih juara ini, menurut Naufal, tidak lepas dari dukungan penuh pihak kampus. Pimpinan Prodi Agribisnis Unismuh memberikan dukungan fasilitas, dosen pembimbing, hingga menanggung biaya registrasi lomba untuk dua tim yang dikirim.
Meskipun telah meraih juara pertama, Naufal tidak ingin inovasi ini berhenti sebagai gagasan di atas kertas. Ia dan timnya memiliki rencana jangka panjang untuk merealisasikan prototipe mesin “Agro Well Hybrid” ini di lokasi studi mereka.
“Untuk program kami tadi ke depannya, sebenarnya kami masih belum tahu, tapi mungkin akan kami coba untuk pembuatan alatnya di desa yang tadi (Desa Manimbahoi),” pungkas Naufal, menegaskan harapan agar inovasi tersebut dapat segera berkontribusi nyata dalam pemberdayaan desa dan lingkungan.

