UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Di balik toga kebanggaan yang disematkan pada Wisuda ke-86 Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, tersimpan kisah perjuangan seorang anak marbot masjid yang menembus puncak prestasi akademik.
Dialah Abdillah Khofial Luthfi, lulusan Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yang menamatkan studi dengan IPK 3,93 hanya dalam waktu 3 tahun 8 bulan.
“Sejak awal saya bertekad membahagiakan orang tua. Ayah saya marbot masjid, sementara ibu seorang ibu rumah tangga. Dari mereka saya belajar ketulusan dan kerja keras,” ujarnya.
Dari Bangku SD hingga Kampus Islami
Abdillah lahir di Makassar pada 9 Juli 2003. Sejak kecil, ia dikenal tekun dan rajin belajar meski hidup dalam kesederhanaan. Ia menempuh pendidikan di SD Nasional Makassar, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 29 Makassar, dan menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 14 Makassar.
Minatnya terhadap dunia pendidikan mulai tumbuh di masa SMA. “Saya senang memecahkan soal dan berdiskusi dengan teman-teman tentang cara berpikir logis. Dari situ saya mulai tertarik pada matematika,” kenangnya.
Selepas SMA, Abdillah memilih Unismuh Makassar karena ingin menempuh pendidikan di lingkungan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan nilai keislaman. “Selain itu, banyaknya program beasiswa di Unismuh memberi kesempatan bagi mahasiswa dari keluarga sederhana seperti saya untuk terus melangkah,” ujarnya.
Belajar Menjaga Konsistensi dan Niat
Bagi Abdillah, keberhasilan bukan semata hasil dari kecerdasan, melainkan buah dari konsistensi dan doa orang tua. “Saya percaya tidak ada hasil yang instan. Saya menjadikan setiap kesulitan sebagai bagian dari proses belajar,” tuturnya.
Ia menekankan bahwa kunci belajar bukan pada metode yang rumit, melainkan pada kesungguhan, niat yang lurus, dan keikhlasan. “Saya sering berdiskusi dengan teman dan dosen, karena saya percaya ilmu akan semakin kuat ketika dibagikan. Dan yang terpenting, restu orang tua adalah bagian terbesar dari setiap keberhasilan,” katanya.
Menemukan Rumah Kedua di Dunia Riset
Perjalanan akademiknya tak selalu mulus. Ia sempat ragu ketika pertama kali bergabung di Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA). Namun, dari sanalah ia menemukan passion-nya di dunia penelitian.
“Awalnya saya tidak punya kemampuan menulis, tapi LKIM-PENA mengubah saya. Di situ saya belajar berpikir kritis, berbicara di depan umum, dan bekerja sama dengan banyak karakter,” katanya.
Baginya, LKIM-PENA bukan sekadar organisasi, tetapi rumah kedua yang menumbuhkan rasa kekeluargaan dan semangat belajar tanpa batas.
Kini, sederet prestasi akademik dan penelitian menghiasi perjalanannya. Ia telah menulis 13 artikel ilmiah, beberapa di antaranya terbit di jurnal Sinta 3 dan Sinta 5, serta memiliki empat karya yang memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM.
Salah satu karya ilmiahnya yang berjudul Exploration Mathematical Aesthetics through Logical and Critical Thinking Based on High Mathematical Ability terbit di Jurnal Matematika Statistika dan Komputasi Universitas Hasanuddin (Sinta 3).
Prestasi Nasional hingga Internasional
Abdillah juga langganan juara di berbagai kompetisi ilmiah. Ia pernah meraih Silver Medal di World Invention Competition and Exhibition (WICE) di Malaysia, Best Presenter di Konferensi Internasional InCIResMa Universitas Negeri Surabaya, serta Juara 2 International Poster Competition di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ia juga menjadi Mahasiswa Berprestasi FKIP Unismuh Makassar selama tiga periode berturut-turut, dan pernah menyabet Mahasiswa Berprestasi 1 Prestasi Kemendikbud Terbanyak pada Ajang Kemahasiswaan Award Unismuh 2024.
Selain itu, Abdillah aktif di berbagai organisasi seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, UKM LKIM-PENA, dan Pemuda Muhammadiyah Cabang Bontoala Kota Makassar.
Simbol dari Perjalanan “Terbang”
Dari sekian banyak kenangan, satu yang paling berkesan baginya adalah saat pertama kali naik pesawat untuk mengikuti lomba karya ilmiah tingkat nasional.
“Itu pertama kali saya terbang, dan dari perjalanan itu saya juga meraih prestasi nasional pertama saya. Rasanya seperti simbol perjalanan hidup saya — berawal dari keraguan, hingga akhirnya benar-benar ‘terbang’ membawa hasil dari doa dan kerja keras,” tuturnya.
Kini, Abdillah bersiap melanjutkan langkahnya di dunia pendidikan dan penelitian. “Saya ingin menjadi pendidik yang bukan hanya mengajarkan rumus, tetapi juga menanamkan nilai hidup dan keislaman seperti yang saya dapatkan di Unismuh,” pungkasnya.