May 20, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA UTAMA

Refleksi Harkitnas dalam Pandangan Prof Budu, Anggota BPH Unismuh Makassar

UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR— Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei bukan sekadar peristiwa historis berdirinya Boedi Oetomo pada 1908. Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, kebangkitan hari ini harus dimaknai secara lebih kontekstual.

Bagi Prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K), M.Med.Ed, anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, kebangkitan nasional saat ini terletak pada kekuatan ilmu, teknologi, dan inovasi sosial.

“Jika dahulu kebangkitan ditandai dengan semangat melepaskan diri dari penjajahan, kini kebangkitan adalah bagaimana kampus dan dunia pendidikan mampu menjadi pusat solusi atas persoalan bangsa,” ujar Budu saat dikonfirmasi, Selasa, 20 Mei 2025.

Budu menyoroti pentingnya mendorong transformasi pendidikan tinggi agar lebih berdampak nyata bagi masyarakat. Dalam konteks itu, ia menilai peluncuran program Kampus Berdampak oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) awal Mei lalu menjadi langkah tepat dalam mengaktualkan semangat Hari Kebangkitan Nasional.

Program Kampus Berdampak, kata dia, memperluas peran perguruan tinggi tidak hanya sebagai penghasil lulusan, melainkan juga sebagai simpul pemecahan masalah sosial. Ia menjelaskan bahwa program tersebut mendorong kampus agar lebih terhubung dengan dunia kerja, pemerintah daerah, komunitas, serta mampu menghasilkan riset dan pengabdian yang solutif.

“Kampus tidak boleh lagi menjadi menara gading yang terpisah dari masyarakat. Ia harus hadir sebagai pusat kemajuan peradaban,” tutur Anggota Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh Makassar itu.

Budu juga menyinggung masih tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan muda, yang menurutnya menjadi sinyal bahwa sistem pendidikan belum sepenuhnya adaptif terhadap kebutuhan zaman. Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas itu menyebut pentingnya penyesuaian kurikulum dan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan masa depan, seperti teknologi digital, kecerdasan buatan, dan kepemimpinan sosial.

Tiga Pilar Kampus Berdampak

Dalam program Kampus Berdampak, lanjutnya, terdapat tiga aspek utama yang diperkuat, yakni pengembangan sumber daya manusia unggul, penguatan riset berbasis kebutuhan, dan kontribusi nyata kampus dalam pertumbuhan ekonomi lokal. Riset-riset kampus, terutama dari bidang sains dan teknologi terapan, diharapkan dapat langsung dimanfaatkan masyarakat, baik dalam bentuk inovasi produk maupun sebagai dasar penyusunan kebijakan publik.

Menurut Budu, makna kebangkitan yang sejati adalah ketika ilmu pengetahuan dan etika sosial berjalan beriringan. “Kita tidak bisa bicara kemajuan tanpa tanggung jawab. Kampus yang berdampak adalah wajah baru kebangkitan nasional hari ini,” ucap Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas itu.

Bagi Muhammadiyah, ia menambahkan, nilai kebangkitan selalu ditautkan dengan ikhtiar mencerdaskan dan memajukan kehidupan umat. Maka dari itu, arah kebijakan pendidikan tinggi ke depan harus mampu mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin intelektual yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

“Boedi Oetomo menyerukan pentingnya pendidikan untuk membebaskan rakyat dari kebodohan. Kini, kita perlu menyerukan pentingnya pendidikan tinggi yang berkeadilan dan berdampak bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Budu.