UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR– Meski masa jabatannya baru berakhir pada 28 Februari 2025, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar, Erwin Akib, telah menyampaikan pesan penting kepada penggantinya.

Dalam pertemuan yang digelar pada Sabtu, 5 Oktober 2024, Erwin menegaskan bahwa target akreditasi internasional, peningkatan jumlah guru besar, dan pengembangan peneliti muda harus menjadi prioritas bagi FKIP di masa mendatang.

Hal ini disampaikan Erwin dalam acara silaturahmi pimpinan fakultas dan program studi bersama dosen dan staf FKIP, yang berlangsung di Aula Lantai 1, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Sabtu 5 Oktober 2024.

Erwin menyampaikan bahwa selama ini para dosen cenderung lebih sibuk dengan aktivitas rutin tetapi belum banyak menghasilkan karya akademik yang berdampak luas bagi kemanusiaan.

Pertemuan ini dipandu oleh Wakil Dekan I, Dr. Baharullah, dihadiri oleh Wakil Dekan II, Andi Adam, M.Pd, Wakil Dekan III, Dr. Muhammad Akhir, Wakil Dekan IV, Dr Samsuriadi P Salenda, serta para ketua program studi dan staf FKIP.

Dalam kesempatan itu, beberapa agenda penting dibahas, seperti hasil monitoring dari GKM Fakultas, proses pembimbingan mahasiswa, dan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Erwin sekilas menggambarkan capaian FKIP selama kurang lebih delapan tahun kepemimpinannya. Saat ini, FKIP memiliki 225 dosen, di mana 115 di antaranya telah bergelar doktor dan 10 dosen telah meraih gelar guru besar. Pencapaian ini, menurutnya, adalah hasil kerja keras dan dedikasi seluruh civitas akademika FKIP.

Erwin juga mengapresiasi pencapaian akreditasi 12 program studi di FKIP, yang kini terakreditasi unggul dan A. “Ini tidak lepas dari sistem pendukung yang kuat dari rekan-rekan dosen dan staf,” katanya.

Namun, tantangan ke depan juga tak kalah besar. Ia menekankan pentingnya berpikir di luar zona nyaman dan terus berinovasi demi perkembangan institusi.

Menurut Erwin, tujuan bukan hanya mencapai akreditasi unggul, tetapi juga meningkatkan jumlah mahasiswa dan memperluas cakupan pemikiran FKIP dari tingkat nasional ke skala global.

Erwin juga menyinggung fenomena penurunan jumlah mahasiswa yang dialami perguruan tinggi di Indonesia, termasuk FKIP. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini dipicu oleh berbagai isu nasional, seperti tidak adanya penerimaan guru dalam beberapa tahun terakhir, meski secara umum kebutuhan tenaga pendidik masih tinggi.

Erwin yang juga sebagai anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, memaparkan perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA). Dari 173 PTMA yang ada, kini tersisa 166 setelah beberapa di antaranya merger, dengan 28 PTMA berada di Sulawesi Selatan.

Leave a Reply