UNISMUH.AC.ID, ACEH TAMIANG — Banjir dan longsor Aceh Tamiang masih menyisakan persoalan serius bagi warga, terutama soal akses layanan kesehatan. Di Desa Serba, Kecamatan Bandar Pusaka, sejumlah keluarga masih bertahan di tenda pengungsian. Akses menuju desa belum stabil karena jembatan putus, sehingga perjalanan harus memutar jauh melalui Kuala Simpang.
Dalam situasi itu, Emergency Medical Team (EMT)–MDMC Unismuh Makassar membuka posko layanan kesehatan di titik pengungsian, yakni TK Serba Ceria dan rumah warga Dusun Serba Luar, Sabtu, 27 Desember 2025. Pada hari itu, tim melayani 46 warga, terdiri dari 13 laki-laki dan 33 perempuan.
Ketua EMT Unismuh Makassar, dr. Muh. Ihsan Kitta, Sp.OT, mengatakan layanan kesehatan di Desa Serba difokuskan untuk menjangkau warga yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan kerusakan permukiman.
“Sebagian besar warga masih berada di tenda atau pengungsian karena rumah mereka rusak berat dan tertimbun lumpur. Akses juga belum lancar, jadi layanan harus kami dekatkan ke lokasi,” ujar Ihsan, saat dikonfirmasi via What’s App, pada Ahad, 28 Desember 2025.
Secara kumulatif, sejak 22–27 Desember 2025, EMT–MDMC Unismuh Makassar mencatat telah melayani 521 warga, terdiri dari 170 laki-laki dan 351 perempuan. Data itu menunjukkan kebutuhan layanan kesehatan pascabanjir tidak berhenti pada fase darurat, tetapi berlanjut sebagai proses pemulihan yang memerlukan kehadiran konsisten.
Rekap gangguan kesehatan yang ditangani tim menunjukkan ISPA masih menjadi keluhan paling dominan, dengan total 179 kasus selama periode 22–27 Desember. Keluhan berikutnya adalah hipertensi (69 kasus), myalgia/nyeri otot (56 kasus), tinea pedis/infeksi jamur kaki (46 kasus), dan dispepsia/keluhan lambung (36 kasus).
Menurut Ihsan, kombinasi penyakit infeksi, penyakit tidak menular, serta keluhan akibat kelelahan dan lingkungan lembap merupakan pola umum pascabanjir. “Kondisi tempat tinggal yang lembap, aktivitas pembersihan, dan keterbatasan sanitasi ikut memengaruhi munculnya keluhan-keluhan itu,” katanya.
Meski menangani ratusan pasien, laporan tim mencatat tidak ada pasien yang dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan pada periode layanan tersebut. Tim juga memberikan edukasi kesehatan kepada warga, terutama terkait pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai bagian dari promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Di luar layanan medis, kebutuhan warga masih besar. Berdasarkan catatan lapangan, masyarakat membutuhkan alat pembersih rumah, serta dukungan obat-obatan dan vitamin, mengingat lumpur masih mengendap di banyak rumah.
Dalam kerja kolaboratif, EMT–MDMC Unismuh Makassar bersama MDMC Pusat dan Mahtan mendatangi Desa Serba, mendirikan posko layanan kesehatan, dan membagikan bantuan. Mahtan menyalurkan beras 250 kilogram dan kelambu 100 unit, sementara total hygiene kit yang telah dibagikan EMT sejak 23–27 Desember mencapai 300 paket.
Bagi Ihsan, layanan kesehatan di Desa Serba adalah bagian dari upaya memulihkan kehidupan warga dari titik paling dasar. “Kesehatan itu pintu awal pemulihan. Ketika orang mulai bisa tidur tenang tanpa gatal, tanpa sesak, tanpa cemas karena obat tidak ada, mereka pelan-pelan bisa menata kembali hidupnya,” ujarnya.

