December 19, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA KAMPUS BERITA UTAMA

Kuliah Tamu di Unismuh Makassar, Ketua LPCR PP Muhammadiyah: Penguatan Cabang, Ranting, dan Masjid Jadi Jawaban Krisis Moral Kampus

Suasana Kuliah Tamu (LPCR-PM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Muhammad Jamaluddin Ahmad Di Unismuh Makassar, Jumat 19 Desember 2025

UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Muhammad Jamaluddin Ahmad, menegaskan bahwa penguatan cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah bukan sekadar agenda kelembagaan, melainkan jawaban strategis atas problem sosial dan moral yang kian mengemuka di lingkungan kampus.

Hal itu disampaikan Jamaluddin saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Jumat, 19 Desember 2025, di Balai Sidang Kampus Unismuh Makassar. Dalam paparannya, ia mengaitkan lemahnya basis cabang, ranting, dan masjid dengan meningkatnya persoalan sosial seperti perundungan, diskriminasi, hingga tindakan amoral di dunia pendidikan.

“Saya pernah diminta mengisi materi kampus bebas perundungan dan diskriminasi. Setelah saya buka data-datanya, kondisinya mengerikan, dan itu bukan hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga dosen dan pejabat,” ujar Jamaluddin.

Menurut dia, persoalan tersebut tidak bisa diselesaikan hanya dengan regulasi administratif atau pendekatan hukuman. Masjid, cabang, dan ranting harus dikembalikan sebagai ruang pembinaan nilai, etika, dan spiritualitas yang hidup dan berdaya.

“Karena itu, cabang, ranting, dan masjid harus menjadi solusi terhadap persoalan umat, termasuk problem moral di kampus,” tegasnya.

Jamaluddin mengingatkan warga persyarikatan agar tidak terjebak pada kebiasaan “mencari alasan”, yang dalam istilah psikologi ia sebut sebagai defense mechanism. Menurutnya, sikap tersebut hanya menghabiskan energi organisasi dan menghambat pembenahan kualitas cabang dan masjid.

Sebagai contoh praktik baik, ia menyebut Masjid Al-Jihad Pimpinan Cabang Muhammadiyah Banjarmasin 04, yang memiliki jamaah shalat lima waktu berkisar 800 hingga 1.000 orang. Ia menilai capaian tersebut bukan sesuatu yang mustahil dicapai di Makassar, selama masjid dikelola secara serius dan profesional.

Dalam paparannya, Jamaluddin juga menekankan pelibatan anak muda sebagai kunci penguatan masjid. Ia mencontohkan konsep “Real Masjid” yang dikelola sepenuhnya oleh anak muda, sekaligus memperluas makna marbot tidak hanya sebagai petugas kebersihan, tetapi juga direktur dan manajer masjid.

“Direktur masjid itu marbot,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Real Masjid di Yogyakarta memiliki sekitar 90 marbot yang digaji, dengan capaian infak yang pernah menembus lebih dari Rp 1 miliar dalam sebulan, didorong oleh pengelolaan profesional, digital marketing, dan fundraising yang baik.

Dalam konteks penguatan kapasitas, Jamaluddin menyinggung keberadaan program S2 Manajemen Masjid di Unismuh Makassar sebagai respons atas kebutuhan pengelolaan masjid yang lebih serius dan berkelanjutan. Ia juga menyinggung pentingnya skema pembagian hak marbot dan amil dari infak sebagai bagian dari tata kelola yang adil dan profesional.

Bagi Jamaluddin, persoalan utama bukan terletak pada struktur kelembagaan semata, melainkan orientasi gerakan. Ia menegaskan bahwa tugas pokok warga persyarikatan adalah memakmurkan masjid, sementara profesi lain hanyalah “tambahan”.

“Prioritasnya itu pengajian rutin dan masjid yang makmur,” katanya.

Ajakan tersebut ia kemas secara simbolik. Jamaluddin menyatakan “malulah” bila tidak menjadi pengurus cabang, ranting, dan masjid. Sebaliknya, ia mengajak warga merasa bersyukur jika diberi amanah menjadi pengurus cabang-ranting dan marbot masjid, dengan target cabang dan ranting unggul serta berkemajuan, dan masjid yang makmur serta memakmurkan.

Untuk memperluas daya tarik kepada generasi muda, ia juga mengungkap rencana peluncuran lagu tentang masjid pada awal hingga pertengahan Januari 2026. Menurutnya, kata “mahasiswa” sengaja dimasukkan ke dalam lagu tersebut agar mahasiswa tertarik dan bangga terlibat dalam pengelolaan masjid.

Dalam kesempatan yang sama, Jamaluddin memaparkan delapan prioritas program LPCR-PM yang bertumpu pada penguatan masjid, cabang, dan ranting. Di antaranya target “60 kecamatan ada cabang” dan “40 persen desa ada ranting”, serta pengembangan masjid percontohan di berbagai level kepemimpinan Muhammadiyah.

Ia menutup paparannya dengan seruan yang berulang ia tekankan: “Masjid makmur, memakmurkan.” “Dari masjid, kita bangkit.” dan “Masjid, apa pun masalahnya, masjid solusinya.”