UNISMUH.AC.ID, Makassar — Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar tampil sebagai fasilitator bagi perguruan tinggi Muhammadiyah dan ’Aisyiyah (PTMA) dengan menjadi tuan rumah Sarasehan Kemahasiswaan PTMA Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2025. Acara yang digelar di lantai 17 Gedung Iqra, Rabu, 27 November 2025, mempertemukan pimpinan kemahasiswaan, pendamping, dan mahasiswa dari 19 PTMA se-Indonesia yang sedang mengikuti kompetisi PIMNAS di Universitas Hasanuddin
Unismuh sebagai Pusat Keunggulan Baru PTMA
Dalam sambutannya, Rektor Unismuh Makassar, Dr Abd Rakhim Nanda, menegaskan bahwa kehormatan menjadi tuan rumah sarasehan ini sejalan dengan arah besar institusinya yang sedang melakukan lompatan reputasi.
“Alhamdulillah, beberapa capaian itu sudah mulai tampak. Kami telah tersertifikasi ISO 21001,2018, terakreditasi Institusi Unggul dari BAN PT, masuk pemeringkatan Times Higher Education Impact Rank, dan THE World University Rank, serta QS Asia University Rank,” tandas Rakhim.
Rakhim menegaskan bahwa Unismuh ingin berada di pusat gerak Muhammadiyah, ikut menumbuhkan tradisi akademik, dan menjadi rumah tumbuh prestasi. Ia menyebut ekosistem kampus, seperti budaya riset, dukungan kelembagaan, pendampingan, dan jaringan antar kampus, sebagai fondasi lahirnya inovasi.
“Sarasehan ini bukan hanya ajang temu, tetapi ruang untuk menguatkan solidaritas PTMA, menyusun strategi pendampingan PIMNAS yang lebih sistematis, dan menghasilkan rekomendasi yang memperkuat daya saing mahasiswa,” tuturnya.
Rektor Unismuh itu menyampaikan harapannya agar momentum ini melahirkan prestasi-prestasi baru dari mahasiswa PTMA, sekaligus memperkuat posisi Muhammadiyah dalam lanskap pendidikan nasional.
Unismuh sebagai Ruang Silaturahmi dan Transformasi
Sambutan hangat datang dari Pembina Forum Silaturahmi Bidang Kemahasiswaan (FOSMA) PTMA, Dr Gatot Sugiharto, yang mengawali pidatonya dengan apresiasi atas keramahan Unismuh sebagai tuan rumah. Dengan gaya bertutur yang ringan, ia menggambarkan Unismuh sebagai kampus megah dengan atmosfer akademik yang kuat.
“Di setiap kegiatan nasional, PTMA selalu memanfaatkan momentum untuk bersilaturahmi dan mempererat hubungan antarkampus. Dan Unismuh malam ini memperlihatkan bagaimana sebuah kampus bukan hanya menyediakan ruang, tetapi juga menghadirkan suasana belajar bersama,” ujarnya.
Gatot menyoroti dinamika PIMNAS 2025 yang tampak berfluktuasi, ada kampus PTMA yang biasanya mendominasi namun tahun ini menurun, sementara kampus lain justru muncul sebagai kekuatan baru. Ia menyebut fenomena ini sebagai tanda bahwa ekosistem pembinaan mahasiswa PTMA mulai berkembang secara lebih merata.
“Ini bagian dari proses pembinaan. Ada kampus yang naik, ada yang turun, dan itulah tanda ekosistem mulai bekerja. Yang penting kita terus menjaga ruang evaluasi sehat seperti sarasehan ini,” katanya.
Ia menambahkan bahwa meningkatnya predikat Simkatmawa yang diraih sejumlah PTMA adalah bukti bahwa jaringan pendampingan FOSMA dan Puspresnas PTMA mulai membuahkan hasil. Bagi Gatot, Unismuh bukan hanya menjadi tuan rumah acara, tetapi juga menjadi panggung bagi penguatan gerak kolektif PTMA.
Sinergi Jejaring PTMA
Suasana hangat sarasehan semakin terasa ketika Ketua FOSMA PTMA, Prof Ihwan Susila, mengambil alih podium. Dengan nada bercanda, ia membuka sambutan dengan menyebut baru pertama kali hadir di Unismuh meski sering ke Makassar, sebuah pengakuan yang mengundang tawa peserta. Namun di balik canda itu, Ihwan menggarisbawahi dinamika prestasi PTMA yang tahun ini menyiratkan “dunia baru”.
“Kalau dulu kita bicara VUCA, sekarang istilahnya BANI — brittle (rapuh), anxious (penuh kecemasan), non-linear, dan incomprehensible (sulit dipahami). Dan dinamika PTMA di Pimnas tahun ini sangat non-linear,” ujarnya.
Menurut Ihwan, pola prestasi yang bergeser menunjukkan bahwa ruang kompetisi kini kian tidak terduga, dan justru di sanalah lahirnya kampus-kampus PTMA yang bersinar, termasuk beberapa pendatang baru seperti UM Bone. Ia menilai bahwa forum seperti sarasehan di Unismuh adalah momentum penting untuk merayakan dinamika ini, belajar dari perbedaan, dan meneguhkan komitmen bersama.
“Prestasi bukan hanya soal siapa yang juara, tetapi bagaimana kita membangun budaya kolaborasi. Karena pada akhirnya, PTMA ingin maju bersama,” tambahnya.
Paparan teknis kemudian mengalir dari Wakil Ketua FOSMA, Ir Ahmad Khalid Alghofari, yang merinci perjalanan FOSMA dan Puspresma sebagai “mesin” pembinaan prestasi PTMA. Ia memaparkan struktur divisi, program kerja, hingga turunan strategis seperti skema “tim TANAS”, yaitu tim-tim PTMA yang didanai namun belum lolos timnas PIMNAS—tetap diberi ruang tampil pada ajang internal PTMA.
“Tidak ada usaha yang sia-sia. Dalam Pusprenas PTMA, semua proses dihargai. Kita ingin memastikan bahwa mahasiswa PTMA mendapat ruang bertumbuh, apa pun hasilnya,” ujarnya.
Ia juga membingkai Unismuh sebagai tuan rumah yang tepat: kampus yang bertumbuh pesat, memiliki ekosistem kemahasiswaan yang aktif, dan mampu menjadi pusat pertemuan bagi PTMA dari berbagai wilayah.
Di penutup sarasehan, peserta bersepakat bahwa pertemuan di Unismuh Makassar bukan hanya momen perjumpaan di tengah PIMNAS, melainkan simpul penting dalam perjalanan panjang PTMA untuk memperkuat budaya akademik, memperluas jejaring, dan meneguhkan posisi sebagai kekuatan alternatif dalam peta pendidikan tinggi Indonesia. Dari ruang rapat lantai 17 itu, menggema spirit “PTMA jaya, juara!”.

