September 8, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA UTAMA

Unismuh Gelar Pengamatan Gerhana Bulan dan Salat Khusuf

UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar melalui Observatorium kampusnya menggelar pengamatan Gerhana Bulan Total pada Senin, 7 September 2025, dini hari. Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 00.00 WITA itu dipusatkan di Observatorium Unismuh Makassar di Gedung Iqra lantai 18.

Pengamatan terbuka bagi civitas akademika maupun masyarakat umum, dan juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Universitas Muhammadiyah Makassar serta platform Zoom.

Wakil Rektor III Unismuh Makassar, Dr. Mawardi Pewangi, menegaskan peran observatorium kampus sebagai pusat pengembangan Ilmu Falak di Sulawesi Selatan. “Unismuh Makassar melalui Observatorium tetap senantiasa aktif melakukan penelitian dan pengamatan sebagai wadah pengkajian Ilmu Falak di Universitas Muhammadiyah Makassar,” ujarnya.

Dakwah Ilmiah

Selain pengamatan, civitas akademika bersama masyarakat melaksanakan Salat Gerhana Bulan di Masjid Subulussalam al Khoory, kompleks kampus Unismuh Makassar.

Pengelola Observatorium, Hisbullah Salam, menyebut fenomena ini sarat dengan nilai edukasi sekaligus dakwah ilmiah. “Pengamatan gerhana bulan tidak hanya penting secara astronomis, tetapi juga memiliki nilai religius yang memperkuat integrasi antara ilmu pengetahuan dan keislaman,” katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Unismuh Makassar aktif memperkuat observasi astronomi sebagai bagian dari pengembangan sains berbasis keislaman. Dengan fasilitas modern, observatorium ini diharapkan menjadi ruang pembelajaran, penelitian, sekaligus dakwah berbasis ilmu pengetahuan.

Pesan Khutbah

Khutbah Salat Gerhana yang disampaikan Abbas Baco Miro mengingatkan jemaah bahwa fenomena gerhana adalah tanda kebesaran Allah. Ia mengutip Surah Ar-Rum ayat 25 tentang penciptaan siang, malam, matahari, dan bulan sebagai ayat-ayat Allah.

“Gerhana adalah bagian dari tanda kebesaran Allah. Melalui peristiwa ini, Allah mengingatkan agar manusia semakin dekat kepada-Nya,” ujarnya.

Abbas juga menyinggung peristiwa pada masa Rasulullah SAW saat terjadi gerhana bulan bertepatan dengan wafatnya Ibrahim, putra Nabi. Rasulullah menegaskan bahwa gerhana tidak terkait dengan kematian atau kelahiran seseorang, melainkan tanda kebesaran Allah yang seharusnya disikapi dengan doa, zikir, dan sedekah.

Ia kemudian mengajak jemaah merenungi siklus matahari dan bulan sebagai gambaran perjalanan hidup manusia: ada masa terang, ada pula masa gelap. “Kehidupan manusia sangat singkat. Hari ini adalah waktu untuk beramal tanpa hisab, sedangkan esok adalah hari hisab tanpa amal,” ucapnya.

Menutup khutbah, Abbas mengajak jamaah menjadikan salat gerhana sebagai sarana memperbanyak istigfar, doa, dan amal kebajikan. “Mudah-mudahan peristiwa gerhana dini hari ini semakin meneguhkan kehambaan kita kepada Allah,” katanya.