UNISMU.AC.ID, MAKASSAR — Upaya membentuk kader ulama yang berkualitas terus digalakkan di lingkungan Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Melalui pendekatan bayani, burhani, dan irfani, Pesantren Mahasiswa KH Djamaluddin Amin (Pesmadina) menanamkan fondasi intelektual, spiritual, dan sosial bagi para calon pemimpin umat. Jumat 30 Mei 2025.
Pesmadina Unismuh menggelar pengajian subuh bertema “Identitas Ulama Tarjih: Perspektif Bayani, Burhani, dan Irfani”, yang dilangsungkan di Masjid Subulussalam Al Khoory, Kampus Unismuh Makassar. Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Dr. Ghoffar Ismail, S.Ag., M.A., anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pengajian dimulai pukul 05.15 Wita dan diikuti oleh para mahasantri dari Program Unggulan Tahfiz Muhammadiyah (PUTM) dan Program Unggulan Pengkaderan Muhammadiyah (PUPM) dari Sakan Al-Birr.
Dalam pemaparannya, Ghoffar menjelaskan bahwa karakter ulama tarjih Muhammadiyah bertumpu pada tiga pendekatan keilmuan: bayani (tekstual), burhani (rasional), dan irfani (spiritual). Ketiganya saling melengkapi dalam membentuk sosok ulama yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan aktif secara sosial.
“Ulama ideal tidak hanya menguasai teks, tetapi juga mampu berpikir rasional dan memiliki kesalihan spiritual yang membumi,” ujar Ghoffar.
Pendekatan bayani, menurutnya, menekankan penguasaan terhadap teks-teks keislaman dan tradisi keilmuan. Sementara pendekatan burhani menggarisbawahi pentingnya kemampuan berpikir logis, termasuk penguasaan bahasa asing seperti Arab dan Inggris sebagai pintu masuk ke khazanah ilmu global.
Adapun pendekatan irfani mengarah pada dimensi reflektif dan spiritual, yang menjadi landasan moral dalam kehidupan pribadi maupun sosial seorang ulama.
Ghoffar menegaskan, ulama tidak boleh tercerabut dari realitas sosialnya. “Ulama lahir dari masyarakat, mengabdi kepada masyarakat, dan menjadi pemimpin masyarakat,” katanya.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Ketua Konsorsium Pesmadina, Sitti Chaerani Djaya. Ia menyampaikan bahwa pengajian subuh merupakan bagian dari program pembinaan keislaman berbasis ma’had, yang secara rutin dilaksanakan sebagai sarana internalisasi nilai-nilai tarjih dan tajdid.
“Pesmadina menekankan integrasi antara ilmu, iman, dan amal sebagai fondasi dalam menyiapkan kader ulama masa depan,” ujar Chaerani.