May 31, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA UTAMA

Instruktur Perempuan Warnai Pelatihan Kader Tarjih Nasional Muhammadiyah

UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Suasana Pelatihan Kader Tarjih Tingkat Nasional Batch I yang digelar Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah memasuki hari ketiga, Jumat, 30 Mei 2025, dengan atmosfer yang semakin dinamis dan partisipatif. Bertempat di Hotel Aryaduta Makassar, pelatihan menampilkan wajah intelektual Islam yang hidup, terbuka, dan reflektif atas realitas sosial keumatan.

Ruang pelatihan disulap menjadi forum diskusi interaktif. Para peserta duduk melingkar di lantai, membentuk kelompok-kelompok kecil yang terlibat dalam diskusi mendalam mengenai pendekatan-pendekatan metodologis dalam tarjih. Mereka menelaah literatur klasik, menyusun lembar kerja, dan menuliskannya di atas kertas plano yang tersebar di berbagai sudut ruangan.

Materi utama yang diangkat pada hari ketiga bertajuk “Manhaj Tarjih 4: Pendekatan dan Asumsi dalam Bertarjih.” Dua instruktur perempuan, Lailatis Syarifah Lc., MA., dan ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah, SPd.I., M.Pd., memandu sesi ini dengan gaya yang komunikatif dan substansial. Kehadiran mereka di tengah dominasi peserta laki-laki menjadi sorotan tersendiri, menegaskan komitmen Muhammadiyah dalam membuka ruang bagi kaderisasi ulama perempuan.

“Muhammadiyah menyadari pentingnya kehadiran ulama perempuan. Karena itu, dalam pelatihan ini kami menghadirkan instruktur perempuan. Bahkan ke depan, akan diselenggarakan pelatihan khusus bagi mubalighah dan akademisi Muslimah,” ujar Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muhamad Rofiq Muzakkir PhD, saat membuka acara.

Latihan Bayani, Burhani, Irfani

Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendalami pendekatan bayani, burhani, dan irfani dalam metode istinbath hukum Islam. Masing-masing kelompok tidak hanya diminta mendefinisikan pendekatan yang mereka bahas, tetapi juga mengkaji karakteristik, kelebihan, kekurangan, serta studi kasus penerapannya.

Kelompok Bayani mengangkat tema ibadah sebagai fokus kajian, kelompok Burhani membahas persoalan rokok, sementara kelompok Irfani mengeksplorasi isu poligami. Diskusi berlangsung dalam suasana serius namun cair, dengan peserta saling berkunjung ke kelompok lain dalam format “rumah ilmu” untuk saling bertukar pandangan.

Salah satu metode yang digunakan adalah “penjaga rumah”, di mana satu anggota tiap kelompok bertugas memberikan penjelasan kepada kelompok lain yang datang berkunjung. Format ini terbukti efisien dan mendorong keterlibatan aktif seluruh peserta.

Wajah Baru Kaderisasi Tarjih

Pemandangan para peserta yang duduk bersila, membuka kitab, menyusun argumen hukum, hingga memperdebatkan prinsip-prinsip maqashid syariah menunjukkan pendekatan pelatihan yang tidak hanya menekankan otoritas teks, tetapi juga kepekaan terhadap konteks sosial dan realitas kebangsaan.

Instruktur perempuan pun tampak aktif berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain, memfasilitasi diskusi, meluruskan argumentasi, dan mendorong eksplorasi nalar hukum yang sehat. Dalam ruang yang sama, Muhammadiyah menghadirkan wajah tarjih sebagai praksis keilmuan yang berakar pada teks namun bersayap pada realitas.

Pelatihan ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan arena pembentukan watak tarjih yang berpikir kritis, inklusif, dan berorientasi pada maslahat. Kombinasi antara tradisi keilmuan dan semangat partisipatif menjadi kekuatan utama dalam pelatihan kader tarjih nasional ini.