UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR— Transformasi digital dalam dunia pendidikan tidak sekadar menghadirkan inovasi teknologi, melainkan juga memunculkan pertanyaan mendasar, apakah digitalisasi akan memperluas akses atau justru memperlebar kesenjangan?
Pertanyaan ini menjadi pokok diskusi dalam Dialog Kemahasiswaan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan (Hima Tekpen) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Acara digelar di Aula Kedokteran lantai 2 Balai Sidang Muktamar Unismuh, Ahad, 25 Mei 2025.
Bertema “Digitalisasi Pendidikan: Peluang Inklusif atau Pemicu Kesenjangan Baru”, forum ini menghadirkan Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Dr. Mariman Darto, S.E., M.Si., serta Kepala Seksi Pelayanan Sumber Belajar TIK Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan, Ervin Cahyadi, S.STP.
Wakil Dekan III FKIP Unismuh, Dr. Muh. Akhir, M.Pd., membuka acara secara resmi dan mengapresiasi inisiatif mahasiswa yang dinilai mampu merespons dinamika kebijakan pendidikan nasional.
“Ini bukan sekadar forum, tapi ruang aktualisasi gagasan akademik mahasiswa terhadap isu strategis nasional,” ujarnya.
Ketua Prodi Teknologi Pendidikan, Dr. Muhammad Nawir, M.Pd., menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan menumbuhkan nalar kritis dan jejaring mahasiswa dalam ekosistem pendidikan yang terus berubah.
Aplikasi Rumah Pendidikan: Solusi atau Tantangan Baru?
Dalam paparannya, Dr. Mariman Darto memperkenalkan Superaplikasi Rumah Pendidikan sebagai garda terdepan transformasi digital yang diinisiasi Kemendikbudristek. Aplikasi ini dirancang untuk mengintegrasikan ratusan layanan pendidikan menjadi satu pintu, dari Ruang Murid hingga Ruang Pemerintah, demi menciptakan layanan yang efisien dan partisipatif.
“Selama ini ada lebih dari 900 aplikasi pendidikan yang berjalan sendiri-sendiri. Rumah Pendidikan menyatukannya dalam delapan ruang digital terintegrasi,” terang Mariman.
Superaplikasi ini menyasar 98 juta penerima manfaat, termasuk siswa, orang tua, guru, dan pengelola sekolah. Dengan sistem yang terpusat, Rumah Pendidikan disebut mampu menghemat hingga 60% biaya pengembangan teknologi pendidikan.
Tantangan Digitalisasi Pendidikan
Sementara itu, Ervin Cahyadi, sebagai Kepala Seksi Pelayanan Sumber Belajar TIK Dinas Pendidikan Prov. Sulawesi Selatan yang menjelaskan tentang Digitalisasi pendidikan menawarkan peluang besar untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, terutama di daerah terpencil melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Program Smart School di Sulawesi Selatan, katanya, mencerminkan upaya daerah menyetarakan mutu pendidikan melalui sistem hybrid yang terstandar.
Namun, digitalisasi berisiko memperlebar kesenjangan jika akses teknologi tidak merata. Tantangan utama mencakup infrastruktur TIK, distribusi guru, dan keterbatasan perangkat serta koneksi, terutama di daerah terpencil. Ia menyimpulkan, strategi seperti penguatan PJJ, penggunaan LMS, dan solusi internet seperti Starlink, digitalisasi dapat menjadi solusi pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas.