May 20, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA UTAMA

Ketua Umum PP Muhammadiyah: Kebangkitan Nasional Harus Bangkitkan Kesadaran Kolektif Jaga Persatuan

UNISMUH.AC.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan momentum Hari Kebangkitan Nasional sebagai titik tolak membangun kesadaran kolektif dalam menjaga persatuan dan memajukan Indonesia.

Hal itu disampaikan Haedar dalam pernyataannya, Senin, 20 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117. Menurutnya, kebangkitan nasional tidak lahir dari satu kelompok, tetapi merupakan hasil dari semangat bersama seluruh anak bangsa untuk mengakhiri penjajahan dan mewujudkan kemerdekaan.

“Para tokoh bangsa kala itu datang dari latar belakang ideologi dan organisasi yang berbeda, namun mereka menyatukan spirit kebangsaan demi cita-cita bersama,” ujar Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Haedar menilai, peringatan ini harus menjadi cermin bagi bangsa Indonesia hari ini, khususnya para elit, untuk kembali menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan kelompok.

Ia menegaskan, semangat perjuangan para pendiri bangsa dibangun atas dasar kepedulian terhadap nasib rakyat. Bahkan, mereka rela menanggalkan kepentingan pribadi demi kemerdekaan dan masa depan Indonesia.

“Mereka lebur menjadi kekuatan nasional, meski berbeda cara. Mereka menempatkan kepentingan Indonesia merdeka di atas segalanya. Inilah sikap kenegarawanan,” ucap Haedar.

Ia menyayangkan apabila semangat kebangkitan ini tidak diikuti oleh elit bangsa masa kini. Menurutnya, berbagai persoalan seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan dominasi oligarki muncul karena hilangnya orientasi pada nilai-nilai kebangsaan.

“Indonesia harus menjadi milik bersama, bukan milik satu golongan. Tidak boleh hanya berpihak kepada kelompok kaya atau elite tertentu,” katanya, merujuk pada pidato Bung Karno 1 Juni 1945.

Haedar berharap, Hari Kebangkitan Nasional dapat menginspirasi elit dan rakyat untuk menumbuhkan etika luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menekankan pentingnya karakter pejuang dan jiwa kenegarawanan dalam setiap diri pemimpin bangsa, bahkan ketika harus menghadapi kesulitan.

“Bangkit artinya memiliki kesadaran kolektif untuk hidup bersama sebagai bangsa. Untuk itu, seluruh warga negara—terutama para elit—harus selesai dengan dirinya sendiri dan mengutamakan kepentingan Indonesia,” tutup Haedar.