May 1, 2025
JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259, Kec. Rappocini, Gunung Sari, Kota Makassar, 90221
BERITA KAMPUS

Refleksi Hardiknas 2025, Warek I Unismuh Makassar: Bahasa Indonesia Pilar Literasi Bangsa di Era Digital

UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2025 menjadi momen reflektif bagi dunia pendidikan Indonesia. Dalam konteks ini, Prof. Andi Sukri Syamsuri, Guru Besar Ilmu Linguistik sekaligus Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, menekankan bahwa bahasa Indonesia, literasi, dan pendidikan tinggi merupakan fondasi utama dalam membangun bangsa yang beradab dan berdaya saing.

Ditemui di kampus Unismuh Makassar, Prof. Andis—sapaan akrabnya—menggarisbawahi bahwa Hari Pendidikan Nasional harus dimaknai lebih dari sekadar seremoni. “Ini momentum mengevaluasi arah pendidikan, terutama pada fondasi utamanya: bahasa dan literasi,” ujarnya. Ia mengutip survei PISA 2018 yang menempatkan Indonesia di peringkat 72 dari 77 negara dalam kemampuan membaca, sebagai tanda serius perlunya revolusi literasi.

Menurutnya, bahasa Indonesia tidak hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga simbol identitas dan sarana berpikir kritis. Namun, era digital menghadirkan tantangan baru. Meski 200 juta lebih penduduk Indonesia telah terhubung internet (We Are Social, 2024), kemampuan memilah informasi masih lemah. “Hoaks adalah gejala dari kegagalan literasi digital,” tegasnya.

Prof. Andis juga menyoroti tantangan globalisasi yang menggerus posisi bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Dominasi bahasa asing dalam jurnal dan perkuliahan, menurutnya, dapat mengaburkan identitas kebangsaan. Ia mengajak lembaga pendidikan tinggi mengembangkan kurikulum yang memadukan literasi digital dengan kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

“Di era global, bahasa Indonesia jangan sekadar diajarkan, tapi dihidupkan sebagai bahasa ilmu,” ujarnya. Ia merujuk pada hasil riset Septia Rizqi Nur Abni dkk. (2025) dan Idawati dkk. (2024) yang mengindikasikan lemahnya posisi bahasa Indonesia dalam literatur akademik nasional.

Sebagai penulis dan akademisi yang baru saja merilis buku Pappaseng dalam Elompugi, Prof. Andis mengungkapkan bahwa budaya menulis dan membaca adalah instrumen vital dalam membangun peradaban bangsa. “IPLM kita memang meningkat ke 73,52 tahun 2024, tapi tantangan membudayakan membaca dan menulis tetap besar,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa perguruan tinggi harus menjadi lahan subur pertumbuhan literasi. Mahasiswa dan dosen perlu didorong membangun komunitas baca, menulis reflektif, hingga berpikir kritis dalam diskusi ilmiah. “Dosen harus jadi teladan literasi akademik,” ucapnya.

Sebagai Wakil Rektor I, Prof. Andis mengusulkan agar kurikulum perguruan tinggi dibangun di atas nilai integritas, kepekaan sosial, dan etika kebangsaan. Ia mendorong model pembelajaran berbasis nilai dan pengalaman sebagai cara efektif membentuk karakter mahasiswa.

Menutup wawancara, Prof. Andis menyampaikan pesan kepada generasi muda: “Rawat bahasa Indonesia, cintai ilmu, dan bangun bangsa melalui literasi. Dengan itu, kita menghormati semangat Ki Hajar Dewantara dan bersiap menyongsong Indonesia Emas.”

“Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tapi jalan menuju kebebasan berpikir dan kemerdekaan berilmu,” pungkasnya.