UNISMUH.AC.ID, Makassar – Khutbah Idulfitri di Pelataran Kampus Unismuh Makassar tak hanya menggema dengan takbir, tapi juga pesan gizi, produktivitas, dan bonus demografi.
Ribuan jamaah memadati pelataran Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, tempat digelarnya Salat Idulfitri, Senin, 31 Maret 2025. Di atas mimbar, suara lantang Dr. H. Ashabul Kahfi, M.Ag., menggema: “Membangun Generasi Sehat dan Produktif Pasca Ramadan.”
Kahfi, sapaan akrab sang khatib, berdiri tegak di atas mimbar portabel berwarna hijau tua dengan logo Muhammadiyah yang terpampang megah. Kini ia menjabat sebagai anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan dan ketenagakerjaan. Tapi pagi itu, ia tampil bukan sebagai politisi, melainkan pendakwah yang fasih menautkan dalil dan data.
“Ramadan bukan hanya soal menahan lapar dan haus. Tapi pelatihan mental, spiritual, dan—jangan lupa—fisik,” katanya sambil mengutip ayat Al-Qur’an:
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
(QS. Al-A’raf: 31)
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan pentingnya mengatur pola makan sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika harus lebih, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya.”
(HR. Tirmidzi)
Ia menegaskan, Ramadan telah melatih kebiasaan hidup sehat dan teratur. “Pertanyaannya: apa kita mau kembali ke pola lama yang malas dan asal makan?” serunya.
Namun inti khutbahnya bukan nostalgia Ramadan, melainkan seruan untuk menjaga kebiasaan baik agar tidak ikut hilang bersama sisa opor dan ketupat. Ia menyinggung program yang kini tengah ia kawal di Senayan: Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Ini bukan sekadar bagi-bagi makanan. Ini strategi negara menyelamatkan generasi,” katanya. Ia mengingatkan bahaya stunting dan minimnya gizi anak di berbagai pelosok negeri.
Sebagai mantan Pembantu Rektor I Unismuh, Kahfi juga menyanjung almamaternya. Ia menyebut Unismuh sebagai “kampus unggul, Islami, dan siap mencetak kader bangsa,” dan mengajak para jamaah untuk menitipkan generasi masa depan di kampus tersebut.
Soal produktivitas, ia mengajak jamaah bercermin dari kedisiplinan Ramadan. Dari sahur hingga tarawih, waktu terasa teratur dan penuh makna. “Kalau kita bisa konsisten ibadah sebulan penuh, kenapa tidak untuk belajar, bekerja, dan berkarya sepanjang tahun?” ujarnya.
Ia menutup khutbahnya dengan menyitir firman Allah:
“Dan bahwa manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Menjelang akhir khutbah, Kahfi memohon doa dari jamaah agar amanahnya di parlemen bisa memberi manfaat bagi umat. Lalu, seperti layaknya seorang khatib, ia menutup dengan doa panjang—untuk negeri, untuk anak-anak, dan untuk masa depan yang lebih sehat dan produktif.
Allahu Akbar… Walillahil Hamd.