UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Dalam rangkaian kegiatan Rekognisi Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan V, digelar seminar bertema “Jodoh itu Ditunggu atau Dicari: Yang Mana Cepat dan Tepat?”. Seminar dihelat di Aula Ma’had Al Birr, Jumat, 10 Januari 2025.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dr Syakir Jamaluddin, Pimpinan Ponpes Yatama Mandiri, Dra. Hj. Muliati Daud, M.Hum., dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Dr. Dahlan Lama Bawa.
Utamakan Agama dan Akhlak
Dr. Syakir Jamaluddin mengawali sesi dengan membahas prinsip dasar memilih pasangan hidup menurut Islam. Ia menekankan pentingnya mendahulukan agama dan akhlak calon pasangan, baik laki-laki maupun perempuan.
“Menikah adalah amanah besar, terutama bagi laki-laki, karena ini melibatkan peralihan tanggung jawab dari orang tua kepada suami. Oleh karena itu, pernikahan harus didasarkan pada kesadaran penuh akan tanggung jawab ini,” ujar Syakir. Ia juga mengingatkan kaum perempuan untuk tetap menjaga diri dan berkomitmen menjadi istri yang shalihah.
Menunggu atau Mencari Jodoh?
Dalam paparannya, Dahlan Lama Bawa mengupas perbedaan pandangan mengenai “menunggu” dan “mencari” jodoh, yang keduanya dianggap sahih namun memiliki tantangan masing-masing.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya usaha proaktif dengan tetap memegang prinsip tawakal, sebagaimana ajaran Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha manusia dan ketentuan Allah. “Menunggu dengan doa dan ikhtiar adalah langkah yang baik, namun mencari dengan niat baik dan cara yang sesuai syariat justru dapat mempercepat pertemuan dengan jodoh yang terbaik,” ujar Dr. Dahlan.
Tujuh Cara Islami Memilih Jodoh
Dalam paparannya, Dra. Hj. Muliati Daud, M.Hum, menjelaskan tujuh langkah Islami dalam mencari jodoh yang tepat sesuai ajaran agama.
“Untuk mendapatkan pasangan hidup yang shalih atau shalihah, kita harus memulai dengan memperbaiki diri terlebih dahulu,” ujarnya. Hal tersebut menjadi langkah pertama dalam proses mencari jodoh menurut Islam.
Langkah kedua adalah tidak berputus asa dalam berdoa. Ia menekankan pentingnya meminta kepada Allah SWT dengan penuh keyakinan. Ketiga, memperbanyak ibadah sunnah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Lebih lanjut, Muliati mengingatkan agar memiliki kriteria yang realistis, baik untuk laki-laki maupun perempuan. “Jangan menetapkan standar yang terlalu muluk,” katanya.
Langkah kelima adalah memperluas pergaulan. Dengan memperluas jaringan sosial, seseorang memiliki peluang lebih besar untuk menemukan pasangan yang sesuai. Selanjutnya, ia menganjurkan untuk meminta bantuan pihak ketiga, seperti orang tua, guru mengaji, atau mereka yang memiliki reputasi baik dalam membantu mencari jodoh.
Terakhir, Muliati memberikan pandangan yang sering dianggap tabu, yakni keberanian menyatakan hasrat kepada seseorang yang dianggap baik agamanya. “Jika kita menemukan seseorang yang memenuhi kriteria, tidak ada salahnya menyampaikan bahwa kita siap menikah dengannya,” ujarnya mengakhiri materinya.
Penyelenggara acara ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) kelas mata kuliah AIK V PGSD (5 kelas) dan AIK V Pendidikan Seni Rupa (1 kelas). Pengampu mata kuliah tersebut adalah Dr Dahlan Lama Bawa.
Ketua Prodi PGSD, Dr Alim Bahri, turut hadir dan mengapresiasi inisiatif mahasiswa menyelenggarakan acara tersebut. Dekan FAI Unismuh Dr Amirah Mawardi juga hadir dalam acara ini.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga memberikan inspirasi bagi para peserta untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan rumah tangga yang harmonis dan diberkahi. Peserta juga aktif dalam sesi tanya jawab, memperlihatkan antusiasme mereka dalam menggali lebih dalam tema perjodohan Islami.