UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendukung program prioritas pemerintah, seperti Makan Bergizi Gratis, Prof. Dr. Syamsia, M.Si, Guru Besar Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, memperkenalkan inovasi penggunaan cendawan endofit dalam pertanian berkelanjutan. Penelitian ini berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun mendatang.
Hasil riset tersebut, ia sampaikan dalam Pidato Pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Bioteknologi Pertanian di Unismuh Makassar, akhir Desember 2024 lalu.
Cendawan Endofit
Syamsia menyoroti urgensi untuk mencari solusi inovatif dalam menghadapi perubahan iklim dan penyakit tanaman. Ia mendalami cendawan endofit sebagai kunci alternatif pengelolaan tanaman yang lebih ramah lingkungan.
“Kita memerlukan pendekatan yang tidak hanya efektif tetapi juga sustainable untuk pertanian kita,” ucapnya dalam pidato pengukuhan tersebut.
Penelitian ini berfokus pada cendawan endofit yang hidup secara simbiosis dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan penyakit. Fungsinya yang esensial adalah meningkatkan ketahanan tanaman terhadap faktor stres abiotik dan biotik, yang semakin krusial di era modern.
Dengan metodologi yang ketat, meliputi isolasi, karakterisasi molekuler, dan percobaan lapangan, tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Syamsia berhasil mengidentifikasi spesies cendawan yang berpotensi menguntungkan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa cendawan endofit tertentu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan memperkuat sistem pertahanan tanaman terhadap serangan patogen dan kondisi stres lainnya seperti kekeringan dan kelebihan garam.
Keberhasilan ini membuka peluang untuk mengintegrasikan cendawan endofit ke dalam sistem pertanian yang ada, sebagai bioaugmentasi atau bahkan dalam formulasi biopestisida dan pupuk biologis. “Potensi ini sangat besar, ini bisa mengurangi ketergantungan kita pada bahan kimia sintetis,” tambah Syamsia.
Aplikasi lapangan dari temuan ini sudah dimulai di beberapa pilot project di Sulawesi Selatan, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian lokal.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menyentuh pada aplikasi potensial cendawan endofit dalam bioenergi dan phytoremediation, menunjukkan jangkauan yang lebih luas dari aplikasi bioteknologi ini.
Menurut Prof. Syamsia, kedepannya penelitian akan terus diperluas untuk mencakup lebih banyak jenis tanaman dan kondisi lingkungan yang beragam untuk memverifikasi efektivitas cendawan endofit secara lebih luas lagi.
Dukung Makan Bergizi Gratis
Keberhasilan penelitian ini dapat mendukung Program Makan Bergizi Gratis, yang akan dimulai pada 6 Januari 2025, menyasar 3,2 juta anak sekolah, balita, dan ibu hamil. Penelitian ini berkontribusi dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi bagi masyarakat. Dengan demikian, inovasi cendawan endofit tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan, tetapi juga pada peningkatan kualitas gizi masyarakat Indonesia.