UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR — Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mengadakan lawatan ke Tana Toraja pada 16–18 November 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal dan memahami bahasa serta adat istiadat masyarakat Toraja.
Dr. Muhammad Akhir, M.Pd., dosen pendamping, menjelaskan pentingnya kegiatan ini sebagai langkah memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal kepada mahasiswa. “Mahasiswa perlu dibekali wawasan tentang budaya dan tradisi setiap etnis di Sulawesi Selatan yang kaya akan warisan leluhur. Toraja dipilih karena keunikannya yang telah mendunia,” ujar Akhir.
Kegiatan ini terbagi dalam dua tahapan. Tahap pertama, mahasiswa mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Kete Kesu, Londa, dan Buntu Burake. Destinasi ini dikenal kaya akan nilai-nilai budaya dan menawarkan pengalaman langsung kepada peserta.
Pada tahap kedua, mahasiswa mengikuti pemaparan materi bertema “Mengenal Bahasa dan Budaya Suku Toraja” di Aula Pusdam lantai 2, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tanah Toraja. Pemateri Hastuti Padang, S.Pd., Gr., guru Bahasa Indonesia di UPT SMP Kristen Makale, menyampaikan banyak hal terkait tradisi masyarakat Toraja, termasuk tradisi pemakaman adat yang menjadi ciri khas suku ini.
Tradisi Unik Toraja
Hastuti menjelaskan tradisi Toraja, seperti “Rambu Solo”, upacara adat pemakaman yang memerlukan persiapan panjang. Jenazah sering disimpan di rumah adat Tongkonan hingga bertahun-tahun untuk memberi waktu keluarga mengumpulkan biaya.
“Ini adalah wujud penghormatan kepada leluhur, sekaligus pembelajaran tentang pentingnya menghargai nilai budaya,” jelasnya.
Tradisi ini juga terkait dengan kepercayaan Aluk Todolo, kepercayaan leluhur yang mengutamakan harmoni antara manusia, alam, dan kehidupan. Meskipun sebagian besar masyarakat Toraja kini memeluk agama Kristen, banyak elemen tradisi Aluk Todolo yang tetap dipertahankan.
Akrianti, mahasiswa PBSI angkatan 2023, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan ini. “Kami tidak hanya menikmati destinasi wisata, tetapi juga mendapatkan wawasan berharga tentang adat istiadat Toraja. Ini pengalaman yang tak terlupakan,” katanya.
Lawatan ini diharapkan mampu membuka wawasan mahasiswa tentang pentingnya menjaga kearifan lokal sebagai bagian dari identitas bangsa. Selain memperkaya pengetahuan, kegiatan ini juga menjadi sarana pembelajaran langsung yang mendalam tentang kebudayaan Indonesia.