UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menggelar kuliah tamu bertema “Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah” dengan menghadirkan Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Ahmad Muttaqin, sebagai pembicara utama.
Acara ini dihelat di Gedung Iqra Lantai 17, Kampus Unismuh Makassar, Jumat, 8 November 2024, dihadiri oleh Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, serta Kepala Badan dan Ketua Lembaga.
Acara diawali dengan pengantar oleh Rektor Unismuh Dr Abd Rakhim Nanda. Ia menyampaikan betapa pentingnya posisi Unismuh sebagai pintu gerbang pendidikan di Kawasan Timur Indonesia.
Oleh karena itu, kata Rakhim, Unismuh berusaha mempertahankan daya saingnya dengan memperkuat tata kelola kelembagaan, salah satunya dengan menggelar kuliah tamu yanh menghadirkan Prof Muttaqin.
Falsafah Ajaran Ahmad Dahlan
Dalam paran materinya, Prof Muttaqin menekankan pentingnya 7 falsafah ajaran KH Ahmad Dahlan, yang dituliskan muridnya KH Hadjid, sebagai landasan bagi lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencapai keberlanjutan dan pengembangan yang berkelanjutan.
Tujuh falsafah utama yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan yang disampaikan Mutaqin, sebagai berikut:
Pertama, tentang nasib dan masa depan manusia. Kiai Dahlan, kata Muttaqin, mengajarkan bahwa hidup di dunia ini hanya sekali dan merupakan kesempatan untuk berjuang. Setelah mati, manusia akan dihadapkan pada kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung dari amal perbuatannya di dunia.
“Dalam tinjauan manajemen modern, hal ini dipahami bahwa kita harus terus memperbaiki diri. Hari ini harus lebih baik dari kemarin, demikian pula seterusnya,” ujarnya Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu.
Kedua, watak manusia yang angkuh dan takabur. Banyak manusia memiliki sifat angkuh dan takabur, yang membuat mereka sering kali memutuskan segalanya sendiri tanpa melibatkan nasihat atau arahan yang benar.
Ketiga, tabiat manusia membela kebiasaan. Manusia cenderung mempertahankan kebiasaan yang telah menjadi bagian dari hidupnya, bahkan jika kebiasaan itu salah atau tidak sesuai. Mereka sering sulit berubah karena keyakinan bahwa apa yang sudah biasa itu adalah benar.
“Hal ini sering kita sebut, membenarkan kebiasaan, padahal seharusnya membiasakan yang benar,” pungkasnya.
Keempat, Ahmad Dahlan menekankan pentingnya akal pikiran. Manusia perlu mengarahkan akal pikirannya untuk memahami tujuan hidup yang benar di dunia, agar tidak tersesat dan jatuh dalam kesengsaraan yang abadi.
Kelima, pentingnya sikap teguh pendirian. Banyak orang takut untuk memegang teguh kebenaran karena khawatir akan berpisah dari teman atau kebiasaan yang sudah lama dipegang, sehingga hidup mereka hanya mengikuti arus tanpa mempertimbangkan nilai kebenaran.
Keenam, menurut Kiai Dahlan, banyak pemimpin belum berani mengorbankan harta benda dan jiwa mereka untuk menegakkan kebenaran. Beberapa malah memperalat orang-orang yang lemah dan bodoh demi keuntungan pribadi.
Ketujuh, menyeimbangkan Ilmu dan Amal. Pembelajaran terdiri dari dua aspek, belajar ilmu dan mengamalkannya. Kiai Dahlan menekankan pentingnya mempraktikkan ilmu secara bertahap dan konsisten untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kehidupan beragama dan sosial.
Selain memaparkan tujuh falsafah tersebut, Prof. Muttaqin juga menekankan pentingnya tiga modal sosial Muhammadiyah, yaitu “Faith in Action,” pengakuan sebagai organisasi dengan tata kelola modern, serta “Public Trust” atau kepercayaan masyarakat.