UNISMUH.AC.ID, MAKASSAR – Observatorium Unismuh Makassar sukses mengabadikan fenomena Super Hunter’s Moon, yang terlihat di langit pada 17 Oktober 2024. Dalam tradisi Belahan Bumi Utara, Bulan Purnama pada Oktober disebut Hunter’s Moon, menandai masa berburu dan persiapan musim dingin. Nama ini berasal dari tradisi Anglo-Saxon dan tetap digunakan dalam Farmer’s Almanac di Amerika Utara.
Hisbullah, perwakilan Tim Observatorium Unismuh, menjelaskan keistimewaan fenomena ini terletak pada bertepukannya purnama dengan perigee—posisi terdekat Bulan dalam orbit elipsnya. “Akibat perigee, Bulan terlihat lebih besar dan lebih terang dibanding purnama biasa. Puncak Super Hunter’s Moon terjadi pukul 19.26 WITA, dengan pengamatan dimulai sejak pukul 17.45 WITA saat Bulan terbit dari ufuk timur Makassar. Meski sempat terhalang awan, kami berhasil mendapatkan citra bulan pada pukul 18.31 WITA, saat posisinya berada 11° di atas ufuk,” jelas Hisbullah.
Pengamatan ini merupakan bagian dari upaya mencatat salah satu dari empat supermoon yang terjadi sepanjang 2024. Menurut Dr. Fred Espenak, astrofisikawan NASA yang sudah pensiun, “Supermoon terjadi pada Agustus, September, Oktober, dan November. Namun, Oktober menjadi momen istimewa karena perigee dan purnama bertepatan sangat dekat,” katanya di laman Space.
Momen langka ini memberi kesempatan bagi warga Makassar dan sekitarnya untuk menyaksikan bulan dengan penampakan lebih besar dan terang. “Alhamdulillah, meski sempat tertutup awan, kami bisa mengabadikan fenomena Super Hunter’s Moon yang menakjubkan,” ungkap salah satu anggota tim observatorium.
Super Hunter’s Moon di Makassar tidak hanya memperindah langit malam, tetapi juga menjadi kesempatan edukatif bagi masyarakat untuk lebih mengenal fenomena astronomi.