Makassar – Wiwik Laela Mukromin, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, adalah sosok inspiratif yang telah menekuni bidang dakwah dengan semangat yang tak kenal lelah.
Baru-baru ini, ia menyelesaikan studi S3 di UIN Alauddin Makassar, setelah sebelumnya meraih gelar S1 dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam bidang Penyiaran dan Penerangan Agama Islam, dan S2 dari STAIN Depomagung pada tahun 2008.
Perjalanan akademis Wiwik tidaklah mudah. Di tengah kesibukan sebagai ibu dari tiga anak dan Ketua KPUD Kabupaten di Jawa Timur ia berhasil menyelesaikan studi S2. Pada akhir 2013, ia mendaftar program S3 namun harus cuti beberapa tahun karena anak-anaknya memasuki bangku kuliah dan usaha travelnya sedang berkembang. Tahun 2021, ia kembali melanjutkan studinya dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude pada tahun 2024.
Bidang dakwah yang digeluti Wiwik terinspirasi dari kebutuhan pengembangan dakwah. Ia berpendapat bahwa dakwah bertujuan untuk meningkatkan kesalehan seseorang. Dengan latar belakang pendidikan dari S1 hingga S3 di bidang dakwah, Wiwik tidak lagi terinspirasi oleh sosok tertentu, melainkan oleh kebutuhan pengembangan dakwah itu sendiri.
Dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Ibadah Umrah Sebagai Media Dakwah Terhadap Tingkat Religiusitas Jamaah Umrah Makassar”, Wiwik berusaha mengukur pengaruh dakwah terhadap religiusitas jamaah umrah.
Dalam wawancara via WhatsApp pada 6 Juni 2024, Wiwik menjelaskan bahwa ia menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan jawaban yang maksimal. Penelitiannya menunjukkan bahwa ibadah umrah, yang mencakup berbagai aspek seperti pengeluaran harta dan perbaikan perilaku, memiliki dampak signifikan terhadap religiusitas jamaah.
Religiusitas dalam penelitian Wiwik mencakup penghayatan dan pendalaman keagamaan seseorang yang diikuti dengan praktik, perasaan, pengetahuan, dan keyakinan keagamaan. Ia memberikan contoh nyata bagaimana pengalaman pribadi dalam ibadah umrah dapat memberikan penghayatan religius yang mendalam, seperti yang dialami oleh para jamaah yang dipimpin oleh Mursyid (pemimpin jamaah) saat mencium Hajar Aswad.
“Tantangan tentu ada, terutama dari diri sendiri karena saya harus mengutamakan biaya untuk anak-anak dan biaya S3 yang tidak sedikit. Usaha travel umrah saya juga terhenti karena pandemi COVID-19, sehingga yang seharusnya selesai dalam tiga tahun, menjadi sebelas tahun,” ungkap Wiwik.
Dari hasil penelitiannya, Wiwik merekomendasikan agar jamaah umrah dapat merasakan dorongan spiritual yang lebih besar melalui teori “direct experience” yang ia temukan. Ia juga menekankan pentingnya penyelenggara umrah untuk tidak semata-mata mengejar keuntungan bisnis.
Ke depannya, Wiwik berharap dapat memberikan manfaat lebih besar di bidang akademik dan masyarakat. Ia berencana untuk lebih memperhatikan tempat binaannya, “Koljem”, di mana ia berdakwah bersama masyarakat miskin di bawah kolong jembatan. Wiwik juga berencana untuk terus melakukan penelitian lanjutan dan memantau perkembangan jamaah yang telah merasakan pengalaman spiritual yang ia teliti.
Dalam pesan dakwahnya kepada mahasiswa, Wiwik menekankan pentingnya konsistensi dalam studi dan tidak menunda-nunda pendidikan. “Studi membutuhkan kedisiplinan dan konsistensi dalam berpikir. Menunda studi dapat membuat peraturan semakin rumit, biaya semakin mahal, dan kita kehilangan konsistensi teori yang telah dibangun,” ujarnya.
Prestasi dan dedikasi Wiwik Laela Mukromin dalam menyebarkan dakwah adalah contoh inspiratif bagi generasi penerus bangsa untuk terus berjuang menyebarkan dakwah Islam melalui berbagai media, meningkatkan religiusitas, dan meraih karunia dari Allah SWT.
Laporan: Fahira (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Unismuh)